Sabtu 13 Nov 2021 05:27 WIB

Berkencan Sebagai Muslim Kulit Hitam di Inggris

Identitas sebagai Islam ternyata penting bagi Muslim Kulit Hitam Inggris

Red: Muhammad Subarkah
Mustafa, Muslim Inggris ketika berkisah tentang lika-liku mencari jodoh di London.
Foto:

Identitas dan komunitas saya penting bagi saya

J, adalah sosok yang meminta agar kami tidak menggunakan nama lengkapnya. Dia adalah seorang fisioterapis Ghanian-Inggris (Keturunan Ghana-Inggris) yang berusia 24 tahun danctinggal di London. Dia telah melajang selama dua tahun terakhir. Sama seperti Khadijah, J mengatakan dia lebih cenderung berkencan dengan seorang Muslim yang taat daripada seseorang yang berbeda keyakinan. Tapi, tidak seperti Khadijah, dia tidak tertarik berkencan dengan seseorang di luar rasnya.

“Identitas dan komunitas saya adalah dua hal terpenting bagi saya,” katanya. Dalam pandangannya, tanpa landasan pengalaman bersama itu maka sebuah pernikahan tidak akan langgeng. Jadi saya hanya ingin menikah dengan seorang Muslim Kulit Hitam. Saya tidak bisa melihat melewati dunia itu,” jelasnya. "Siapa tahu, Nyonya saya mungkin seorang wanita Inggris kulit putih [tetapi] saya tidak melihat itu terjadi."

J mengaku, sikap atau pilihan itu adalah miliknya sendiri, terlepas dari tekanan keluarga apa pun. "Orang tuaku tidak rewel tentang itu," katanya sembari mengangkat bahu. "Keluargaku tidak terlalu peduli selama aku bahagia." J sendiri dibesarkan dalam keluarga lintas agama dengan ibu Kristen dan ayah Muslim. Keluarga besarnya beragam dan termasuk anggota kulit putih dan Karibia.

J mengaku bertemu dengan seorang wanita Muslim kulit hitam baru-baru ini. Dia tidak mudah terkesan, katanya, tapi perempuan itu membuatnya kagum. Ketika dia diminta menggambarkan kencan pertama mereka, J mengaku diperkenalkan oleh seorang teman dan sumpat menghabiskan waktu berjam-jam untuk berkirim pesan sebelum secara spontan memutuskan untuk bertemu.

"Saya tidak bermaksud membawanya ke Nandos untuk kencan pertama," katanya, setengah tersenyum dan setengah ngeri dengan cara penyangkalan karena melakukan apa yang dilakukan oleh banyak kencan pertama hampir merupakan kejahatan. Tapi mereka memilih hanya berjalan di jalan raya selama pertemuan dadakan mereka hingga dia mengaku merasa lapar.

"Bahkan, jika ada, informalitas lingkungan yang bisa membantu meningkatkan rasa nyaman yang mereka rasakan di sekitar satu sama lain. Dia sangat tanpa mampu melakukannya,'' kata J kembali.

Pada pertemuan itu teman kencannya jula  bertanya kepadanya apakah dia membenci wanita kulit hitam? Lalu dia pun melanjutkan dengan menanyakan apakah dia seorang pewarna?

"Untuk menghindari kesan intimidasi dari pertanyaannya, Perempuan itu meyakinkannya bahwa dirinya tidak seperti itu. Empatinya ini diinformasikan oleh pemahaman bahwa pria kulit hitam juga bisa menjadi pewarna dunia."

"Bagi saya sebagai pria berkulit gelap, banyak juga dari kalangan seperti draya uang juga membawa bias yang tidak disadari terhadap wanita berkulit gelap. Sikap inilah yang secara aktif perlu kita lupakan,” jelasnya.

Kencan berjalan dengan baik, tetapi setelah beberapa kali lagi, J mengatakan bahwa dia mulai perpisahan mulai menghantuinya. "Itu menyakitkan karena itu lebih merupakan penghilangan bertahap daripada jalan keluar yang dingin," katanya. 

Namun, meski mengalami patah hati itu tetap tidak membuat J putus asa untuk berkencan lagi. “Saya sedikit humanis dalam hal itu. Saya pikir ada seseorang untuk semua orang,” katanya sembari merenung seraya menambahkan, “Hidup bisa menjadi manis.”

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement