Sabtu 20 Nov 2021 16:40 WIB

Gereja Kembali Berdiri di Mosul Usai Kehancuran ISIS

Gerjeja-gereja di Mosul banyak dihancurkan saat ISIS berkuasa di kota itu.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Paus Fransiskus, dikelilingi oleh puing-puing gereja yang hancur, menghadiri doa untuk para korban perang dengan Uskup Agung Mosul dan Aqra Najib Mikhael Moussa, kiri, di Lapangan Gereja Hosh al-Bieaa, di Mosul, Irak, yang pernah menjadi ibu kota de-facto ISIS. , Minggu, 7 Maret 2021. Perang panjang 2014-2017 untuk mengusir ISIS keluar dari rumah-rumah yang diobrak-abrik dan bangunan hangus atau hancur di sekitar utara Irak, semua situs yang dikunjungi Francis pada hari Minggu.
Foto: AP/Andrew Medichini
Paus Fransiskus, dikelilingi oleh puing-puing gereja yang hancur, menghadiri doa untuk para korban perang dengan Uskup Agung Mosul dan Aqra Najib Mikhael Moussa, kiri, di Lapangan Gereja Hosh al-Bieaa, di Mosul, Irak, yang pernah menjadi ibu kota de-facto ISIS. , Minggu, 7 Maret 2021. Perang panjang 2014-2017 untuk mengusir ISIS keluar dari rumah-rumah yang diobrak-abrik dan bangunan hangus atau hancur di sekitar utara Irak, semua situs yang dikunjungi Francis pada hari Minggu.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Simbal, doa, dan liturgi Katolik Kaldea bergema pada Jumat (19/11), di biara Saint George di Mosul, Irak. Hal ini menandai pemulihan dua gereja yang telah dihancurkan oleh ISIS.

Puluhan orang berkumpul di salah satu biara yang telah dibangun kembali, enam tahun setelah ISIS menghancurkannya. Biara itu berada di Mosul, yaitu sebuah kota yang menjadi rumah bagi salah satu komunitas Kristen tertua di dunia.

Baca Juga

Mosul berubah menjadi kota yang dipenuhi reruntuhan setelah tiga tahun pendudukan ISIS, yang berakhir pada 2017. Ketika itu pasukan Irak yang didukung oleh serangan udara koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) telah mendorong ISIS untuk menyerah.

“Kami memiliki kenangan lama di biara ini,” ujar seorang jemaat biara Maan Bassem Ajjaj (53 tahun), dilansir Al Arabiya, Sabtu (20/11).

Ajjaj merupakan seorang pegawai negeri yang pindah ke Arbil, yaitu ibu kota daerah otonomi Kurdistan. Dia pindah ke wilayah tersebut untuk melarikan diri dari teroris.

“Putra dan putri saya dibaptis di sini. Setiap hari Jumat, keluarga Kristen Mosul akan datang ke sini," kata Ajjaj.

Departemen Luar Negeri AS mendanai proyek rekonstruksi gereja di Irak,  bersama dengan kelompok non-pemerintah L'Oeuvre d'Orient. Seorang pemimpin ordo Antonian dari biarawan Kasdim, Samer Yohanna, mengatakan, para teroris menghancurkan 70 persen biara setahun setelah mereka menduduki Mosul pada 2014.

Serangan ISIS memaksa ratusan ribu orang Kristen di provinsi Nineveh, di sekitar Mosul untuk melarikan diri. Populasi Kristen Irak telah menyusut menjadi kurang dari 400 ribu dari sekitar 1,5 juta sebelum invasi pimpinan AS pada 2003 yang menggulingkan diktator Saddam Hussein.

Dalam kunjungan ke Irak pada Maret, Paus Fransiskus berdoa di luar gereja lain yang hancur, yang merupakan salah satu dari setidaknya 14 gereja yang dihancurkan ISIS di Niniwe. Meskipun gereja-gereja telah diperbaiki, bagian lain dari biara berusia berabad-abad tahun masih membutuhkan restorasi."Anda bisa melihat tembok yang masih berdiri tetapi lemah dan perlu diperkuat,” kata Yohanna.

Uskup Kasdim Thabet Habib, dari keuskupan Al-Qosh, mengatakan, pekerjaan lebih lanjut diperlukan agar seluruh biara mendapatkan kembali kemegahannya. Bulan lalu, komunitas Muslim Mosul merayakan peringatan untuk menandai hari kelahiran Nabi Muhammad di masjid bersejarah Al-Nuri, yang juga rusak parah oleh ISIS. Masjid tersebut saat ini sedang dipugar.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement