Senin 10 Jan 2022 15:45 WIB

Hadapi Kerusuhan, Pemimpin Kazakhstan Harus Netral dari Faksi Nazarbayev

Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev harus netral dari faksi Nazarbayev

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev didesak netral dari faksi Nazarbayev. Ilustrasi.
Foto: Yevgeny Biyatov, Sputnik, Kremlin via AP
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev didesak netral dari faksi Nazarbayev. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Mantan perdana menteri Kazakhstan mengatakan Presiden Kassym-Jomart Tokayev harus bergerak cepat mengonsolidasikan kekuasaannya setelah memutuskan hubungan dengan pendahulunya yang kuat, Ahad (9/1/2022) waktu setempat. Hal ini ia lontarkan saat negara tersebut dilanda kekerasan paling mematikan dalam 30 tahun kemerdekaannya dari Moskow imbas aksi protes menentang kenaikan harga gas.

Mantan perdana menteri Akezhan Kazhegeldin menyebut Tokayev perlu menghilangkan keraguan tentang siapa yang benar-benar berkuasa. "Saya pikir banyak orang di jejaring sosial, kritikus, terus mengatakan dia akan seperti Nursultan Nazarbayev, bahwa Nazarbayev berdiri di belakangnya dan memanipulasi dia," katanya.

Baca Juga

"Sekarang dia memiliki kekuasaan eksekutif formal yang lengkap, pertanyaannya adalah bagaimana dia akan menyebarkannya. Dia perlu mengambil alih komando," ujarnya menambahkan.

Kazhegeldin menjabat sebagai perdana menteri di bawah Nazarbayev pada 1990-an, ketika Tokayev menjadi menteri luar negeri. Namun Kazhegeldin berhenti karena kekhawatiran tentang korupsi dan sekarang tinggal di pengasingan di Inggris.

Dia mendesak Tokayev untuk menyelidiki dengan cepat, membawa mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan ke pengadilan, dan mendengarkan tuntutan rakyat untuk reformasi. "Jika dia melakukannya dalam waktu singkat, dia dapat mengandalkan dukungan warga dalam pemilihan. Jika tidak, orang akan menyalahkan semua masalah dan semua yang terjadi baru-baru ini padanya," jelasnya.

Ketika pengunjuk rasa membakar gedung-gedung di kota terbesar Almaty Rabu lalu, Presiden Kassym-Jomart Tokayev mencopot mantan pemimpin Nursultan Nazarbayev sebagai kepala Dewan Keamanan. Posisi Nazarbayev dimanfaatkannya untuk terus mengendalikan kekuasaan meski menyerahkan kursi kepresidenan pada 2019.

Nazarbayev adalah mantan bos Partai Komunis yang mengumpulkan kekayaan besar selama beberapa dekade berkuasa. Ia memegang kekuasaan melalui apa yang digambarkan Kazhegeldin sebagai sistem klan.

Dia mengatakan faksi Nazarbayev yang sakit hati akan berusaha untuk melakukan remobilisasi jika diberi kesempatan. "Orang-orang yang baru saja dikalahkan sangat kaya. Mereka memiliki modal besar di luar negeri, termasuk di Inggris," katanya.

"Uang ini harus dikembalikan ke negara dan digunakan untuk mengembangkan ekonomi. Jika ini tidak dilakukan, orang-orang ini akan menggunakan uang itu untuk mengacaukan situasi di negara ini," imbuhnya.

Nazarbayev tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar. Akan tetapi juru bicaranya mengeluarkan pernyataan dalam upaya menghilangkan kesan keretakan antara dia dan Tokayev. Dia mengatakan mantan presiden telah memilih untuk menyerahkan jabatan dewan keamanannya ke Tokayev untuk membantu meredakan krisis dan kedua pria itu selalu di sisi barikade yang sama.

Sekurangnya 164 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 6.000 ditahan dalam insiden yang disebut Tokayev sebagai operasi kontra-teroris. Pembersihan aparat keamanan sekarang sedang berlangsung di negara penghasil minyak dan uranium di Asia Tengah itu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement