Jumat 14 Jan 2022 20:49 WIB

Ketika Aturan Bermasker Kembali Ketat di Eropa

Penggunaan masker yang lebih efektif dianjurkan saat varian omicron menyebar.

Pria mengenakan masker FFP 2 di Jerman. Kenaikan kasus Covid-19 di Eropa membuat sejumlah negara Eropa mensyaratkan penggunaan masker yang lebih ketat.
Foto: EPA-EFE/RONALD WITTEK
Pria mengenakan masker FFP 2 di Jerman. Kenaikan kasus Covid-19 di Eropa membuat sejumlah negara Eropa mensyaratkan penggunaan masker yang lebih ketat.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dwina Agustin, Shelbi Asrianti

Bermasker atau tidak  adalah pertanyaan yang diselesaikan Italia di awal wabah Covid-19 dengan jawaban "ya" dengan tegas. Sekarang pusat pandemi di Eropa berharap menerapkan peraturan masker yang lebih ketat akan membantu mengalahkan lonjakan infeksi terbaru.

Baca Juga

ICU rumah sakit Italia dengan cepat terisi dengan sebagian besar pasien Covid-19 yang tidak divaksinasi, pemerintah mengumumkan pada malam Natal bahwa masker FFP2 harus dipakai di transportasi umum, termasuk pesawat, kereta api, feri, dan kereta bawah tanah. Jenis masker ini menawarkan perlindungan lebih kepada pengguna daripada masker kain atau bedah.

Masker FFP2 juga sekarang harus dikenakan di teater, bioskop, dan acara olahraga, di dalam atau di luar ruangan, dan tidak boleh dilepas bahkan untuk dimakan atau diminum. Italia memperkenalkan kembali mandat masker luar ruangan, walau tidak pernah mencabut mandat dalam ruangannya. Keputusan ini diperkuat dengan ketetapan semua penumpang transportasi publik Italia mulai pekan ini harus divaksinasi atau baru sembuh dari Covid-19.

Dengan lebih dari 2 juta orang saat ini positif terkena virus di negara berpenduduk 60 juta dan ketidakhadiran di tempat kerja membatasi perjalanan kereta dan bus. Pemerintah juga melihat masker sebagai cara untuk membuat masyarakat berfungsi lebih baik.

Orang dengan suntikan booster atau dosis vaksin kedua baru-baru ini sekarang dapat menghindari karantina setelah melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi jika mereka memakai masker FFP2 selama 10 hari. Pemerintah telah memerintahkan toko-toko untuk menyediakan masker FFP seharga 75 sen euro. Pada tahun pertama pandemi, FFP2 berharga hingga 10 euro.

Sedangkan Spanyol memberlakukan kembali aturan masker luar ruangan pada malam Natal. Setelah tingkat penularan 14 hari melonjak menjadi 2.722 infeksi baru per 100.000 orang pada akhir pekan lalu  dari 40 per 100.000 pada pertengahan Oktober, Perdana Menteri Pedro Sanchez menyatakan mandat masker luar ruangan membantu menahan penyebaran.

"Tentu saja. Bukan saya yang mengatakannya. Sains sendiri mengatakannya karena (itu) virus yang tertular ketika seseorang menghembuskan napas," kata Sanchez.

Portugal membawa kembali masker pada akhir November, setelah sebagian besar membatalkan persyaratan ketika mencapai tujuan untuk memvaksinasi 86 persen populasi. Yunani juga telah memulihkan mandat masker luar ruangannya, sementara membutuhkan FFP2 atau masker bedah ganda di transportasi umum dan di ruang publik dalam ruangan.

Sejak pekan ini, tim manajemen wabah pemerintah Belanda merekomendasikan mandat masker untuk orang berusia di atas 13 tahun. Mereka harus terus menggunakan masker di area dalam ruangan publik yang sibuk seperti restoran, museum dan teater, dan untuk penonton di acara olahraga dalam ruangan. Tempat-tempat itu saat ini ditutup di bawah penguncian hingga setidaknya pada 14 Januari.

Prancis menerapkan kembali mandat penggunaan masker luar ruangan sebagian pada Desember di banyak kota, termasuk Paris. Usia anak-anak untuk mulai memakai masker di tempat umum diturunkan menjadi umur 6 hingga 11 tahun.

Kanselir Austria Karl Nehammer mengumumkan minggu lalu bahwa orang-orang harus memakai masker FFP2 di luar ruangan jika mereka tidak dapat menjaga jarak setidaknya dua meter.

Berbeda dengan beberapa negara Eropa, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berfokus pada vaksinasi. Pemerintahannya tidak mewajibkan masker di luar ruangan hingga kini.

Namun bulan ini, pemerintah mengatakan siswa sekolah menengah harus mengenakan masker di kelas. Walau Menteri Pendidikan Inggris Nadhim Zahawi mengatakan aturan itu tidak akan berlaku selama seharian, dikutip dari AP, Jumat (14/1/2022).

Pengetatan aturan bermasker di Eropa muncul setelah varian omicron menimbulkan lonjakan kasus. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, ada lebih dari tujuh juta kasus baru varian omicron Covid-19 di seluruh Eropa pada pekan pertama Januari. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat hanya dalam dua pekan saja.

Direktur WHO Eropa Dr. Hans Kluge mengatakan pada Selasa (11/1/2022), bahwa 26 negara di wilayahnya melaporkan bahwa lebih dari 1 persen dari populasi terinfeksi Covid-19 setiap pekan. Dia memperingatkan tentang kemungkinan tidak ada peluang bagi negara-negara untuk mencegah sistem kesehatan kewalahan.

Kluge mengutip perkiraan dari Institute of Health Metrics di University of Washington yang memproyeksikan setengah dari populasi di Eropa Barat akan terinfeksi Covid-19 dalam enam hingga delapan pekan ke depan. "Omicron bergerak lebih cepat dan lebih lebar dari varian (sebelumnya) yang telah kita lihat," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement