REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China dan Korea Utara (Korut) membuka kembali jalur kereta yang melintasi perbatasan kedua negara. Perlintasan itu telah ditutup selama dua tahun menyusul merebaknya pandemi Covid-19.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengungkapkan, operasi kereta api barang antara Dandong, China dan Sinuiju, Korut, telah dilanjutkan. Hal itu dapat terlaksana setelah konsultasi antara kedua negara.
“Kedua belah pihak akan bergerak maju atas dasar memastikan pencegahan dan pengendalian epidemi yang baik untuk memfasilitasi perdagangan bilateral yang normal,” kata Lijian dalam pengarahan pers, Senin (17/1/2022), dikutip laman United Press International. China diketahui merupakan mitra dagang terbesar Korut.
Rel yang melintasi Sungai Yalu adalah arteri perdagangan utama antara Korut dan China. Namun pada Januari 2020, Pyongyang memutuskan menutup perbatasannya, termasuk jalur kereta api tersebut. Kala itu, Covid-19 memang mulai menyebar ke negara-negara tetangga China. Pemerintah Korut kemudian memblokir hampir semua perdagangan resmi dan tidak resmi serta sangat membatasi perjalanan domestik.
Pandemi telah menyebabkan krisis di Korut kian memburuk. Negara tersebut diketahui masih menghadapi sanksi ekonomi internasional sehubungan dengan program nuklir dan rudal balistiknya. Pandemi, sanksi, plus cuaca buruk yang menyebabkan kegagalan panen semakin membuat Korut terpuruk.
Pada Juni tahun lalu, pemimpin Korut Kim Jong-un mengakui bahwa situasi pangan di negaranya “genting”. Pada Oktober 2021, pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Korut memperingatkan bahwa warga rentan di sana berisiko kelaparan.
Kendati kondisinya demikian, Korut tak menghentikan program pengembangan rudal balistiknya. Sepanjang Januari tahun ini, mereka setidaknya telah dua kali melakukan uji coba rudal.