Selasa 18 Jan 2022 20:05 WIB

Obat Keras, Molnupiravir Kemungkinan tak Dijual Bebas

Pemerintah masih membahas apakah Molnupiravir akan tersedia tanpa resep di apotek.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Indira Rezkisari
Pil Molnupiravir
Foto: EPA
Pil Molnupiravir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah terus menyiapkan obat-obatan untuk pasien Covid-19, di tengah amukan varian Omicron. Sebanyak 400 ribu tablet Molnupiravir sudah tersedia di Indonesia. Obat ini juga akan segera diproduksi di dalam negeri.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, meskipun akan tersedia dalam layanan telemedicine, Kemenkes masih melakukan pembahasan lebih lanjut apakah Molnupiravir bisa dijual bebas di apotek.

Baca Juga

"Yang pasti kita akan berikan melalui layanan telemedicine, untuk penjualan bebas masih akan dibahas lebih lanjut," terang Nadia kepada Republika, Selasa (18/1/2022).

Saat ini, Kemenkes sedang menggencarkan telemedicine yang didedikasikan bagi pasien yang melakukan isolasi di rumah. “Kami bekerjasama dengan 17 platform telemedicine untuk memberikan jasa konsultasi dokter dan jasa pengiriman obat secara gratis bagi pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi di rumah, agar penanganan pasien dapat dilakukan seluas dan seefektif mungkin,” ucap Nadia

Selain itu dari sisi teurapetik, Kemenkes juga akan menyertakan penggunaan obat Monulpiravir dan Plaxlovid untuk terapi pasien Covid-19 dengan gejala ringan.

Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Farmasi Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Keri Lestari menegaskan meskipun akan tersedia di Apotek, namun tetap harus menggunakan resep dokter. Molnupiravir, kata Keri tidak dijual bebas.

"Molnupiravir obat keras sehingga pembeliannya harus dengan resep dokter. Tidak dijual bebas," tegas Keri.

Pemerintah terus menyiapkan obat anti virus baru antara lain Molnupiravir dan Paxlovid. Saat ini Kemenkes sudah mengamankan 400 ribu tablet Molnupiravir yang sudah disiapkan oleh PT Amarox.

PT Amarox juga akan memproduksi sendiri Molnupiravir yang rencananya akan dimulai April atau Mei 2022. Menkes Budi meminta PT Amarox juga bisa memproduksi Paxlovid untuk menghadapi pandemi berikutnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement