REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr. KH. Ahmad Kusyairi Suhail MA, Ketua Umum IKADI dan Dosen FDI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Salah satu bulan Allah yang spesial dan mendapatkan perhatian besar dari manusia terbaik, Rasulullah ﷺ adalah bulan Syaban. Bulan Sya’ban diapit oleh dua bulan yang mulia, yaitu terletak setelah bulan Rajab dan dan sebelum bulan Ramadhan.
Dinamakan bulan Sya’ban karena dahulu orang Arab berpencar-pencar untuk mencari air atau berpencar-pencar di gua-gua setelah keluar dari bulan Rajab sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani,
سُمِّيَ شَعْبَانُ لِتَشَعُّبِهِمْ فِيْ طَلَبِ الْمِيَاهِ أَوْ فِيْ الْغَارَاتِ بَعْدَ أَنْ يَخْرُجَ شَهْرُ رَجَبِ الْحَرَامِ
“Dinamakan Sya’ban karena mereka berpencar-pencar mencari air atau di dalam gua-gua setelah lepas bulan Rajab Al-Haram..” (Fathul-Bari, IV/213).
Keberadaan bulan Sya’ban yang diapit oleh bulan Rajab dan bulan Ramadhan menjadikan banyak orang menyepelekan dan melalaikannya. Hal ini telah disinggung Nabi SAW dalam haditsnya
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ
“Itu adalah bulan yang banyak manusia melalaikannya, terletak antara bulan Rajab dan Ramadhan” (HR An-Nasai no. 2357, dihasankan oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih Sunan An-Nasai).
Itu artinya, bulan Sya’ban banyak ujian dan cobaannya, sehingga seseorang akan lulus dalam ujian manakala memanfaatkannya dengan memperbanyak amal shalih di bulan Sya’ban. Dan hanya manusia-manusia istimewa yang diberi taufiq Allah yang mampu mengisi bulan ini dengan beragam amal ibadah.
Amal Ibadah Apa yang Dilakukan di Bulan Sya’ban?
Pertama: Tarhib (Menyambut Bulan) Ramadhan
Keberadaan bulan Sya’ban menjelang bulan suci Ramadhan, perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mempersiapakan diri dalam menyambut Ramadhan. Karena Sebagian masyarakat, hanya tahu bahwa Ramadhan bulan untuk berpuasa dengan sekedar menahan lapar dari sejak subuh hingga tenggelam matahari. Di sinilah, pentingnya Tarhib (menyambut) Ramadhan di bulan Sya’ban untuk memahamkan umat pentingnya belajar Fiqhus Shiyam dan amalan-amalan special di dulan Ramadhan sehingga mereka dapat mengisi hari-hari Ramadhan dengan beragam ibadah secara maksimal. Bahkan, salafus salih, para ulama terdahulu, sudah menTarhib Ramadhan, sejak bulan Rajab, dua bulan sebelum Ramadhan, dengan berdo’a,
اللهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan pertemukanlah kami dengan Ramadhan”.
Di bulan Sya’ban mereka membiasakan amalan-amalan shalih semenjak datangnya bulan Sya’ban , sehingga mereka sudah terbiasa dan terlatih untuk mengoptimalkan amalan-amalan mereka ketika memasuki bulan Ramadhan.
Imam Abu Bakr Al-Balkhi rahimahullah pernah mengatakan,
شَهْرُ رَجَب شَهْرُ الزَّرْعِ، وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سُقْيِ الزَّرْعِ، وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ حَصَادِ الزَّرْعِ
“Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen tanaman.”
Beliau rahimahullah juga pernah mengatakan:
مَثَلُ شَهْرِ رَجَبٍ كَالرِّيْحِ، وَمَثُل شَعْبَانَ مَثَلُ الْغَيْمِ، وَمَثَلُ رَمَضَانَ مَثَلُ اْلمطَرِ، وَمَنْ لَمْ يَزْرَعْ وَيَغْرِسْ فِيْ رَجَبٍ، وَلَمْ يَسْقِ فِيْ شَعْبَانَ فَكَيْفَ يُرِيْدُ أَنْ يَحْصِدَ فِيْ رَمَضَانَ.
“Perumpamaan bulan Rajab adalah seperti angin, bulan Sya’ban seperti awan yang membawa hujan dan bulan Ramadhan seperti hujan. Barangsiapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiraminya di bulan Sya’ban bagaimana mungkin dia akan memanen hasilnya di bulan Ramadhan.” (Lathaiful-Ma’arif, karya Ibnu Rajab, hal. 130).
Kedua: Memperbanyak Puasa Sunnah
Rasulullah SAW telah memberi teladan yang baik bagi umatnya, dengan memperbanyak berpuasa sunnah di bulan Sya’ban sebagai persiapan menghadapi bulan Ramadhan, sebagaimana testimoni yang disampaikan oleh istrinya, Aisyah RA yang berkata:
كَانَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ, فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
“Dahulu Rasulullah SAW berpuasa sampai kami mengatakan bahwa beliau tidak berbuka, dan berbuka sampai kami mengatakan bahwa beliau tidak berpuasa. Dan saya tidak pernah melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa dalam sebulan kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada bulan Sya’ban” (HR Bukhari, no. 1969 dan Muslim, no. 1156 dan 2721).
Isteri beliau yang lain, Ummu Salamah RA pun memberikan kesaksian yang sama dengan mengatakan;:
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلاَّ شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ
“Saya tidak pernah melihat Nabi SAW berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali bulan Sya’ban dan Ramadhan” (HR An-Nasai, no. 2175 dan At-Tirmidzi no. 736 dan dishahihkan oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih Sunan An-Nasai).
Amalan-amalan sunnah, termasuk puasa sunnah di bulan Sya’ban, selain sebagai persiapan dan pemanasan menjelang memasuki bulan Ramadhan sehingga tidak berat dan susah berpuasa Ramadhan, melainkan juga untuk menutupi kekurangan dalam menunaikan puasa wajib di bulan Ramadhan, seperti halnya shalat-shalat sunnah yang dapat menutupi kekurangan shalat fardhu.
Nabi SAW menjelaskan alas an memperbanyak puasa di bulan Sya’an, di antaranya karena amal-amal manusia diangkat (dan dilaporkan) kepada Allah di bulan Sya’ban sehingga beliau SAW ingin ketika diangkat amalnya, dalam keadaan berpuasa.
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ، قَالَ: ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ،
فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ.
Dari Usamah bin Zaid RA bahwasanya dia berkata, “Ya Rasulullah! Saya tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan dibanding bulan-bulan lain seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban?” Beliau menjawab, “Itu adalah bulan yang banyak manusia melalaikannya, terletak antara bulan Rajab dan Ramadhan. Sya’ban adalah bulan amal-amal diangkat menuju Rabb semesta alam. Dan saya suka jika amalanku diangkat dalam keadaan saya sedang berpuasa”. (HR An-Nasai no. 2357 dan dihasankan oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih Sunan An-Nasai).
Ketiga: Tilawah (Membaca) Al-Qur’an
Bulan Ramadhan dikenal dengan sebutan Syahru’l Qur’an (Bulan Al Qur’an). Maka, agar terbiasa dan dapat maksimal berinteraksi dengan Al-Qur’an di bulan turunnya Al-Qur’an, bulan Ramadhan, maka membaca Al-Qur’an sudah mulai diperbanyak sejak bulan Sya’ban. Karena itu, bulan SYa’ban dikenal dengan sebutan Syahrul Qurra’ (Bulan Para Pembaca Al-Qur’an).
Imam Salamah bin Kuhail rahimahullah berkata:
كَانَ يُقَالُ شَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ الْقُرَّاءِ
“Dahulu dikatakan bahwa bulan Sya’ban adalah Syahru’l Qurra’ (bulan para pembaca Al-Qur’an).”
Diriwayatkan, bahwa Imam ‘Amr bin Qais rahimahullah ketika memasuki bulan Sya’ban, beliau menutup tokonya dan mengosongkan dirinya untuk membaca Al-Qur’an (Lihat: Lathaifu’l-Ma’arif, karya Ibnu Rajab, hal. 138).
Keempat: Memperbanyak Amal Shalih
Melakukan amal shalih dianjurkan setiap saat. Namun, bulan Sya’ban adalah momentum tepat untuk memproduksi beragam amal shalih. Mulai dari membiasakan rajin menunaikan shalat-shalat sunnah, meramaikan masjid dengan shalat berjama’ah, meningkatkan birru’l walidain (berbakti kepada kedua orang tua), memperbanyak sedekah dan lain-lain. Karena sebagaimana sudah disinggung oleh Imam Abu Bakar Al-Balkhi di atas, bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman untuk selanjutnya akan memanen tanaman tersebut di bulan Ramadhan.
Semoga Allah SWT memberi kemudahan kita semua untuk memperbanyak ibadah dan amal shalih di bulan Sya’ban dan mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan sehingga kita dapat meningkatkan lagi ibadah dan amal shalih di dalamnya sehingga kita menjadi hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.