Selasa 15 Mar 2022 21:10 WIB

AS Keberatan dengan Kedekatan China dan Rusia

China telah isyaratkan memberikan bantuan militer dan ekonomi untuk Rusia.

Rep: Dwina agustin/ Red: Friska Yolandha
Presiden China Xi Jinping, kanan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan menyuarakan keprihatinan tentang ikatan antara China dengan Rusia.
Foto: Alexei Druzhinin, Sputnik, Kremlin Pool Photo
Presiden China Xi Jinping, kanan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan menyuarakan keprihatinan tentang ikatan antara China dengan Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan menyuarakan keprihatinan tentang ikatan antara China dengan Rusia. Perhatian ini disampaikan dalam pertemuan tujuh jam dengan diplomat China Yang Jiechi pada Senin (14/3/2022).

Pertemuan itu berlangsung di Roma. Dalam kesempatan ini, menurut dua pejabat AS, AS mengatakan kepada sekutu di NATO dan beberapa negara Asia bahwa China telah mengisyaratkan kesediaannya untuk memberikan bantuan militer dan ekonomi ke Rusia untuk mendukung perang.

Baca Juga

Pesan AS terbaru itu juga mencatat bahwa China diperkirakan akan menolak keprihatinan yang diserukan Gedung Putih. "Ini nyata, konsekuensial, dan sangat mengkhawatirkan," kata pejabat AS kedua.

Hingga saat ini pemerintah Washington tidak memberikan bukti publik untuk mendukung pernyataannya tentang kesediaan Beijing memberikan bantuan semacam itu kepada Moskow. Namun, setelah pembicaraan di Roma berakhir, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan singkat.

Dalam pernyataan tersebut, Sullivan mengangkat berbagai masalah dalam hubungan AS-China, dengan diskusi substansial tentang perang Rusia melawan Ukraina.  "Kami memiliki keprihatinan mendalam tentang keselarasan China dengan Rusia saat ini, dan penasihat keamanan nasional secara langsung mengenai kekhawatiran tersebut dan potensi implikasi serta konsekuensi dari tindakan tertentu," kata seorang pejabat senior pemerintah.

Sullivan menjelaskan kepada Yang tentang sikap yang seirama antara AS dan sekutu dalam memberikan balasan kepada Rusia atas tindakannya. Pejabat itu menggambarkan pertemuan itu terjadi sangat intens.

Pejabat itu mengatakan pertukaran itu sangat terbuka, tetapi tidak membuahkan hasil yang spesifik. Sebelum pembicaraan, para pejabat AS mengatakan Sullivan berencana untuk memperingatkan isolasi yang dapat dihadapi China secara global jika mendukung Rusia.

Sedangkan kantor berita resmi China Xinhua mengutip Yang mengatakan, bahwa China berkomitmen untuk mempromosikan negosiasi untuk menyelesaikan konflik Ukraina. "China dengan tegas menentang setiap kata dan perbuatan yang menyebarkan informasi palsu dan mendistorsi serta menodai posisi China," kata Yang.

Pernyataan Yang tersebut secara tidak langsung menyasar klaim Washington tentang dukungan Beijing terhadap Moskow. Namun, Yang menegaskan, China dan AS harus memperkuat dialog, mengelola perbedaan dengan benar, dan menghindari konflik dan konfrontasi.

Pejabat AS dan negara-negara lain telah berusaha untuk menekankan dalam beberapa pekan terakhir bahwa memihak Rusia dapat membawa konsekuensi bagi arus perdagangan, pengembangan teknologi baru. China juga dapat terkena sanksi sekunder.

China adalah eksportir terbesar di dunia, mitra dagang terbesar Uni Eropa dan pemasok barang asing utama ke AS. Setiap tekanan pada perdagangan China dapat memiliki efek ekonomi pada AS dan sekutunya.

Pertemuan Sullivan dengan Yang ini adalah yang pertama sejak sesi tertutup di Zurich pada Oktober. Pada kesempatan itu mereka berusaha untuk menenangkan ketegangan setelah pertukaran publik yang sengit antara keduanya di Alaska setahun yang lalu. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement