REPUBLIKA.CO.ID, oleh Silvy Dian Setiawan, Dea Alvi Soraya, Antara
Setelah dilepas ke pasar harga minyak goreng kemasan terkini mencapai Rp 47 ribu untuk isi dua liter. Kenaikan harga ini terjadi seiring dilepasnya harga minyak goreng kemasan sederhana dan premium sesuai harga keekonomian atau harga pasar oleh pemerintah.
Melonjaknya harga minyak goreng tersebut berdampak ke pedagang kuliner. Salah satu pelaku usaha kuliner di Ngaglik, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Anggi (34 tahun) mengaku bingung untuk menentukan harga dari produk yang dihasilkan. Pasalnya, ia selalu menggunakan minyak kemasan dalam menjalankan usaha kulinernya.
Sedangkan, jika ia turut menaikkan harga produk yang dihasilkan, dikhawatirkan akan berdampak pada usahanya. "Yang mengganggu itu ongkos masaknya, dinaikkan itu bingung, mau dinaikkan apa nggak, minyak menjadi konsumsi utama," kata Anggi kepada Republika, Kamis (17/3/2022).
Anggi bisa menghabiskan sampai 10 liter minyak goreng kemasan per bulannya. Namun, saat pesanan tidak begitu banyak, ia bisa menghabiskan minyak goreng sekitar lima liter dalam sebulan.
Meskipun begitu, Anggi mengaku lebih memilih minyak goreng dengan harga yang lebih mahal, namun tidak sulit didapat. Pasalnya, dengan harga minyak goreng kemasan yang sebelumnya murah, menyebabkan ia sempat kesulitan mencari minyak goreng.
"Kalau disuruh pilih, ya ada barang dengan harga terjangkau biar nggak bingung nentuin harga ke konsumen. Tapi kalau disuruh milih lagi, mending mahal tapi barang ada, setidaknya masih bisa diusahakan. Kalau barang murah tapi barang nggak ada, susah," ujar Anggi.
Warga Demangan, Yogyakarta, Irma (46) mengaku keberatan dengan harga minyak kemasan yang melambung naik. Pasalnya, ia mengaku harus mencari cara untuk menghemat pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari. "Sekarang minyak (kemasan) sudah mahal, bingung harus mengeluarkan lebih untuk minyak," kata Irma.
Dari Bandung, Jawa Barat, pedagang batagor di depan Masjid Al-Ukhuwwah, Ijang juga keberatan dengan harga minyak goreng terbaru. "Iya keberatan dengan harga sekarang. Masalahnya untung dari jualan juga sedikit dan berkurang (akibat harga minyak mahal)," ujar Ijang.
Dia mengaku menyiasati kenaikan harga dengan menaikkan harga dagangannya untuk menekan kerugian. Namun dia mengatakan khawatir jika kenaikan ini berimbas pada penurunan pemasukan akibat sedikitnya pembeli.
“Ya mudah-mudahan mah harga minyak goreng bisa turun lagi ya. Soalnya sudah harga mahal, kadang ada kadang nggak minyak goreng tuh," keluhnya.
Keluhan serupa juga dilontarkan Makmur, pedagang telur gulung, yang mangku masih kesulitan mendapatkan minyak goreng. Kenaikan harga yang mencekik juga menambah kesulitannya untuk memperoleh minyak.
"Ya, mau harga mahal juga mau gimana lagi namanya butuh ya dibeli saja, nggak ada lagi pilihan. Meski mahal kalau tidak ada opsi lain pasti dibeli," jelasnya.
Sementara itu, Eti, salah satu pembeli di Griya Yogya, mengaku selama dua bulan terakhir kesulitan mendapatkan minyak goreng. Namun kini, ketika subsidi dicabut dan pasokan minyak goreng mudah kembali mumpuni, Eti mengaku terkejut dengan harga yang dipatok.
“Kemarin nyari susah, cuma dikasih dua liter Rp 28 ribu, sekarang sampai Rp 47.900 per dua liter, mahal banget sampai dua kali lipat," ujarnya. Jati, karyawan bagian operasional supermarket Yogya, di Jalan Sunda, Bandung, menyebutkan kebijakan satu harga di seluruh griya Yogya di Kota Bandung ditentukan oleh kantor pusat. Sedangkan terkait dengan kondisi minyak goreng yang mulai kembali dipajang di rak setelah sebelumnya selalu kosong, ia mengaku sebelumnya banyak yang membeli minyak goreng saja.