Jumat 01 Apr 2022 22:35 WIB

Kala Posisi Hilal Masih Terlalu Rendah, Cahayanya Masih Terhalau Senja

Pemerintah menetapkan 1 Ramadhan jatuh pada Ahad, 3 April 2022.

Red: Andri Saubani
Santri melakukan pemantauan hilal di Masjid Al-Musyari, Jakarta Barat, Jumat (1/4/2022). Pemerintah telah menetapkan 1 Ramadhan jatuh pada Ahad (3/4/2022).
Foto:

Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyampaikan Ikhbar (pemberitahuan) rukyatul hilal yang telah dilaksanakan pada Jumat (1/4/2022) sore. Berdasarkan rukyatul hilal yang dilakukan, PBNU resmi menetapkan awal puasa Ramadhan tahun ini jatuh pada Ahad (3/4/2022).

Hasil yang disampaikan Gus Yahya ini diperoleh dengan metode yang berdasarkan norma-norma yang telah ditetapkan di dalam Muktamar NU ke-34 di Lampung, dan juga dengan memperhatikan kesepakatan di antara negara-negara ASEAN, yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Dalam rangka penentuan awal Ramadhan 1443 Hijriah, menurut Gus Yahya, Tim Rukyatul Hilal PBNU yang berada di bawah koordinasi Lembaga Falakiyah NU, pada Jumat 29 Syaban 1443 H atau 1 April 2022 M telah melakukan rukyatul hilal bil fi’li di beberapa lokasi.

“Yaitu 50 lokasi yang telah ditentukan di seluruh Indonesia, dan berdasarkan laporan Lembaga falakiyah NU di seluruh lokasi tempat dilakukannya rukyatul hilla bil fi’li itu tidak berhasil terlihat hilal,” ujar Gus Yahya di Kantor PBNU Jakarta Pusat melalui siaran langsung, Jumat.

Dengan demikian, lanjut dia, umur bulan Syaban 1443 Hijriah adalah 30 hari atau istikmal. “Atas dasar istikmal tersebut dan sesuai dengan pendapat empat mazhab, dengan ini PBNU mengikhbarkan atau memberitahukan bahwa awal bulan Ramadhan 1443 Hijriah jatuh pada hari Ahad Wage tanggal April 2022 Masehi,” kata Gus Yahya.

Sementara, Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad mengimbau umat Muslim untuk saling menghormati mereka yang mulai melaksanakan puasa Ramadhan pada Sabtu (2/4/2022) maupun pada Ahad (3/4/2022). Menurutnya, perbedaan ini terjadi hanya karena perbedaan penggunaan metodologi.

"Yang puasa Sabtu harus menghormati mereka yang puasa pada Ahad, begitu pula yang puasa pada Ahad harus menghormati mereka yang puasa pada hari Sabtu. Karena keduanya didasarkan pada metodologi yang benar menurut keyakinan masing-masing," tutur dia kepada Republika, Jumat.

Dadang juga menjelaskan, Muhammadiyah menggunakan metodologi hisab hakiki wujudul hilal. Metode ini menggunakan perhitungan yaitu ketika matahari terbenam sudah 2 derajat sehingga Muhammadiyah menetapkan awal Ramadhan 1443 H jatuh pada 2 April.

"Dan pemerintah menggunakan metode rukyat, karena memang rukyat ini bisa terlihat bisa tidak (hilalnya). Sehingga diputuskan tanggal 3 April mulai puasanya. Saya kira tidak masalah, karena perbedaan metodologi melahirkan perbedaan keputusan," ucapnya.

Perbedaan tersebut, lanjut Dadang, bukan hanya pada tahun ini melainkan juga sempat terjadi pada beberapa tahun lalu. Menurut dia, tidak menutup kemungkinan pula, perbedaan ini juga akan terjadi kembali di masa mendatang.

 

photo
Infografis Tiga Dimensi Manfaat Puasa. Ilustrasi puasa - (Republika.co.id)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement