Rabu 13 Apr 2022 14:54 WIB

Inflasi AS Capai 8,5 Persen, Fed: Inflasi Inti Lebih Moderat

Kenaikan inflasi memperkuat langkah The Fed untuk kembali menaikan suku bunga.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Fuji Pratiwi
Gedung bank sentral AS the Federal Reserve. Meski inflasi di AS capai 8,5 persen, The Fed mengatakan inflasi inti lebih moderat.
Foto: AP Photo/Patrick Semansky
Gedung bank sentral AS the Federal Reserve. Meski inflasi di AS capai 8,5 persen, The Fed mengatakan inflasi inti lebih moderat.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Harga konsumen bulanan AS naik paling tinggi dalam 16,5 tahun terakhir pada Maret 2022. Laporan Consumer Price Index (CPI) AS mencatat inflasi sebesar 8,5 persen (yoy) pada Maret 2022, naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 7,9 persen.

Hal ini masih disebabkan ketegangan politik akibat konflik Rusia-Ukraina yang mendorong biaya bahan bakar gasolin ke rekor tertinggi. Kenaikan inflasi memperkuat langkah untuk kembali menaikan suku bunga acuan bank sentral Federal Reserve sebesar 50 basis poin bulan depan.

Baca Juga

Laporan CPI dari Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Selasa (12/4/2022) menyatakan inflasi memuncak secara tahunan pada laju tercepatnya sejak akhir tahun 1981. Tekanan inflasi secara bulanan berkurang karena sejumlah harga dalam komponen inflasi inti turun paling dalam dalam dua tahun.

Anggota Dewan Gubernur The Fed, Lael Brainard, menyoroti sedikit penurunan dalam inflasi bulanan sebagai berita baik bagi pembuat kebijakan ekonomi. Ia mengakui inflasi tinggi berdampak signifikan pada rumah tangga.

Ia menekankan inflasi inti tanpa harga pangan dan bahan bakar sedikit lebih rendah setiap bulannya. Harga barang melambat didorong oleh penurunan harga mobil bekas yang lebih besar dari perkiraan.

"Kita sangat menyambut baik moderasi dalam kategori ini, kita akan terus melihat kemungkinan moderasi (penurunan) di bulan-bulan mendatang," kata Brainard dikutip New York Times, Selasa (12/4/2022).

Indeks harga konsumen melonjak 1,2 persen bulan lalu, kenaikan bulanan terbesar sejak September 2005. Lonjakan harga bensin sebesar 18,3 persen yang terbesar sejak Juni 2009, menyumbang lebih dari setengah kenaikan CPI.

Secara fundamental, data CPI Maret 2022 menunjukkan bahwa harga beberapa barang, termasuk mobil bekas dan pakaian jadi tercatat moderat bahkan cenderung turun. Meski demikian, harga furniture tercatat naik tajam.

Jika harga tidak segera turun, maka akan meningkatkan risiko bahwa inflasi dapat bertahan lama. Biaya layanan termasuk sewa rumah dan biaya perumahan lainnya juga meningkat lebih cepat.

Sementara itu, harga bensin rata-rata melonjak ke level tertinggi sepanjang masa sebesar 4,33 dolar AS per galon pada bulan Maret. Pada Wall Street Journal, Brainard mengatakan bahwa Fed akan terus mengurangi dukungannya untuk ekonomi secara metodis.

Ia juga mengkonfirmasi kemungkinan rencana mengurangi neraca kepemilikan obligasi segera setelah Mei. Kebijakan itu akan memperkuat kenaikan suku bunga dengan mendorong biaya pinjaman lebih tinggi.

Dengan suku bunga yang lebih tinggi dan dukungan yang melambat dari pemerintah, Brainard berharap ada penurunan pada belanja konsumen. "Sisi permintaan kedepan diatur ke moderat," kata dia.

Inflasi sudah memusingkan sebelum invasi Moskow ke Ukraina, yang mengeluarkan rentetan sanksi, termasuk larangan impor minyak Rusia oleh Amerika Serikat. Sebelum perang, inflasi sejumlah negara maju juga merangkak naik karena gangguan pasokan akibat ketidakmerataan pemulihan ekonomi.

Kini perang Rusia-Ukraina sudah menginjak bulan kedua, lonjakan harga pangan dan energi global tidak terhindarkan. Kedua negara ini merupakan eksportir utama komoditas seperti gandum, minyak bunga matahari, dan energi minyak serta gas. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement