REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Pemerintah Shanghai mengatakan, pihaknya tidak mendeteksi kasus baru Covid-19 harian di luar area karantina pada Sabtu (30/4/2022). Hal menandai tonggak sejarah dalam perjuangannya untuk menahan virus itu. Sementara, warga Beijing gelisah dengan pembatasan covid-19.
Dilansir Reuters, jalan-jalan di Beijing sangat sepi pada awal liburan Hari Buruh yang berlangusng selama lima hari. Penduduk cemas bahwa pihak berwenang akan memberlakukan pembatasan lebih lanjut selama liburan ketika banyak orang biasanya bepergian atau bersosialisasi.
"Anda melihat kota yang dulunya ramai dan sekarang kosong. Anda bertanya-tanya bagaimana orang-orang ini bisa bertahan hidup,” ujar warga Beijing yang bekerja di sektor keuangan, Li (35 tahun).
Di Beijing, pemandangan rumah dan bangunan yang dipagar untuk mencegah penduduk bepergian telah menjadi berita utama pada saat sebagian besar negara lain di dunia sedang belajar hidup berdampingan dengan Covid-19.
China mempertahankan kebijakan nol-Covid yang bertujuan untuk memberantas penyakit, yang menyebabkan frustrasi, terutama di Shanghai, di mana banyak penduduk telah terkurung selama lebih dari sebulan.
Sebagaian warganya berjuang untuk menemukan makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Hal ini menunjukkan oposisi publik yang jarang terhadap kontrol ketat pemerintah. Namun, jika kampanye tanpa toleransi berhasil, itu akan menjadi kemenangan bagi pendekatan Presiden Xi Jinping dalam satu tahun.
Pejabat Shanghai tidak membahas pemutusan penularan Covid-19 pada konferensi pers harian mereka, tetapi media sosial menyambut berita itu. "Shanghai akhirnya mencapai nol di tingkat komunitas. Semoga Shanghai segera bangun," tulis salah satu postingan di platform Weibo.
Seperti diketahui, tidak ada kasus baru di luar area karantina di Shanghai pada Jumat (29/4/2022) dibandingkan dengan 108 kasus pada Kamis (28/4/2022). Kendati demikian, sebagian besar penduduk kota dikurung dalam beberapa bentuk karantina.
Pada Sabtu (30/4/2022), otoritas kesehatan mengatakan ada hampir 16 ribu daerah tertutup di Shanghai, dengan lebih dari empat juta orang dicegah meninggalkan rumah mereka. Selanjutnya 5,4 juta orang dilarang meninggalkan kompleks mereka.
Dalam praktiknya, banyak warga yang tersisa di daerah pencegahan berisiko rendah masih tidak diizinkan meninggalkan kompleks mereka. “Pengendalian epidemi dan pencegahan kota saat ini masih dalam keadaan kritis, dan orang-orang masih perlu memperkuat kontrol," kata Wakil Direktur Komisi Kesehatan Shanghai, Zhao Dandan.