REPUBLIKA.CO.ID, DALLAS -- Sebuah pameran seni dan pertunjukkan karya dibuka di Museum Seni Dallas (DMA), yang melukiskan gambaran modernitas sekaligus menghormati budaya kuno. Kegiatan ini menampilkan lebih dari 400 karya, mulai dari perhiasan dari segala jenis, manuskrip dan benda mewah.
Pameran dengan judul Cartier and Islamic Art: In Search of Modernity tersebut ditempatkan dalam ruang pameran yang dibuat khusus oleh studio arsitektur terkenal Diller Scofidio + Renfro.
DMA merupakan satu-satunya tempat di Amerika Utara untuk kegiatan ekshibisi ini. Secara keseluruhan, ia merupakan kegiatan kedua, setelah presentasinya di Musée des Arts Decoratifs, Paris, musim dingin ini. Pertunjukan tersebut menandai kembalinya co-kurator Sarah Schleuning, yang selama diskusi panel sebelum pembukaan menyebut hal ini adalah kegiatan yang menangang.
Menurutnya, sulit untuk membayangkan sebuah pameran yang berpusat pada perhiasan dilakukan di tengah pandemi, dengan karya seni yang dimaksudkan untuk disentuh, dilihat dari dekat dan disampirkan di seluruh tubuh. Kolaborasi yang tangguh dengan desainer ruang diperlukan untuk menghidupkan potongan-potongan itu.
Salah satu komponen pertunjukan yang paling menarik adalah animasi skala besar, yang menunjukkan ikatan antara arsitektur Islam tradisional dan objek seni Cartier, yang ditampilkan secara dekat. Dilansir di Document Journal, Selasa (17/5/2022), batu permata ditampilkan dalam bidang lengkungan dan kolom, dengan perhiasan secara bertahap dimunculkan di layar. Hal ini menjadi cerminan terpelajar dari lanskap yang dibangun yang mengilhaminya.
Koleksi yang diusung lebih dari sekadar tampilan dari potongan-potongan karya terkenal. Pameran ini berupaya menelusuri pengaruh seni Islam di Cartier pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ketika Paris meraih minat pada estetika Timur.
Louis Cartier, pendiri rumah mode tersebut, berupaya secara mandiri mengumpulkan koleksi seni Persia dan India. Hal ini lantas mengilhami lini perhiasan yang mengadopsi motif, geometri, warna dan bahan Islam.
Koleksi Tutti Frutti yang ikonik dari Cartier, misalnya, terinspirasi oleh potongan berbentuk daun yang berasal dari zaman Mughal India. Pameran ini multidimensi dan bersumber dari beberapa institusi, mulai dari milik Cartier sendiri, Musée des Arts Décoratifs, Louvre, serta Koleksi seni Islam Keir.
Karya-karya yang ada ditampilkan bersamaan untuk melukiskan gambaran 'modernitas' seperti yang dipahami Louis Cartier secara independen. Ia memiliki keyakinan modernitas tidak bertujuan melupakan masa lalu atau bergerak melampauinya.
Cartier disebut berupaya membangun masa depan desain dengan mengambil elemen terbaik dari zaman kuno, kemudian bergerak maju dari titik tersebut. “Selama lebih dari satu abad, Cartier dan desainernya telah mengakui dan merayakan keindahan yang melekat dan nilai-nilai simbolis yang ditemukan dalam seni dan arsitektur Islam, menenun elemen serupa ke dalam desain mereka sendiri,” kata Direktur Eugene McDermott Museum, Agustin Arteaga.
Ia menyampaikan, penjembatanan bentuk seni Timur dan Barat seperti ini seolah menyampaikan suara yang sama persis dengan jenis koneksi lintas budaya yang DMA berkomitmen untuk fisoroti. Adapun kegiatan pameran Cartier and Islamic Art: In Search of Modernity disampaikan akan terus dipajang di Museum Seni Dallas hingga 18 September nanti.
https://www.documentjournal.com/2022/05/cartier-looks-to-the-past-and-future-of-islamic-art/