REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Marsis Sutopo mengatakan kebijakan kenaikan harga tiket masuk Candi Borobudur perlu dikaji lebih dalam. Dia menekankan jangan sampai harga tiket membuat wisatawan enggan pergi ke Candi Borobudur.
“Wisatawan sudah ditembak dengan psikologi harga, ‘harganya mahal, mending nggak usah ke sana.’ Ujung-ujungnya yang rugi adalah warga lokal yang menggantungkan ekonominya pada pariwisata di Borobudur,” kata Marsis kepada Republika.co.id, Senin (6/6/2022).
Meski begitu, dia menyebut tujuan untuk melindungi dan melestarikan Candi Borobudur sangat baik. Sebab, kondisi candi memang sudah banyak mengalami keausan sehingga perlu adanya pembatasan.
Di antara bagian yang mengalami keausan adalah batuan tangga yang dilewati oleh ribuan wisatawan setiap hari. Selain batuan tangga, banyak relief dinding yang mengalami kerusakan karena faktor lingkungan dan usia.
Oleh karena itu, pembatasan jumlah pengunjung sangat baik dalam memelihara Candi Borobudur yang menjadi warisan dunia dan tempat ritual. “Sebagai tempat untuk ritual juga harus memperhatikan kelestariannya dengan tetap memperhatikan kondisi keterawatan (state of conservation) sesuai dengan ketentuan sebagai warisan dunia,” ujarnya.
Agar pariwisata sejalan dengan konservasi, Marsis menilai perlu menghindari mass tourism. Artinya, pariwisata diarahkan kepada kualitas yang memperhatikan keberlanjutan dan kelestarian lingkungan dengan memperhatikan carrying capacity.
Namun, untuk mencapai tujuan itu, perlu memperhatikan betul perubahan harga tiket. Menurut dia, pemerintah perlu melihat kemampuan wisatawan lokal dan para pelajar. “Menaikkan harga tiket bagus untuk kelestarian candi karena orang jadi berpikir ulang kalau mau naik candi. Namun, bagaimana dengan masyarakat lokal? pelaku pariwisata lokal?,” ucap dia.
Selain itu, harga juga harus disesuaikan dengan lokasi dan rencana kunjungan. “Apakah mau naik candi atau sampai di zona tertentu, atau di halaman saja. Jangan sampai wisatawan sudah tertekan karena harga tiket yang mahal,” tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pihaknya membuka peluang mengkaji kembali tarif Rp 750 ribu bagi wisatawan domestik untuk naik hingga ke area stupa Candi Borobudur.
Luhut mengatakan dirinya menyadari kekhawatiran dan masukan yang muncul dari masyarakat mengenai tarif untuk turis lokal yang dianggap terlalu tinggi.
"Saya mendengar banyak sekali masukan masyarakat hari ini terkait dengan wacana kenaikan tarif untuk turis lokal. Karena itu, nanti saya akan minta pihak-pihak terkait untuk segera mengkaji lagi supaya tarif itu bisa diturunkan. Saya sampaikan terima kasih kepada semuanya atas perhatian yang begitu besar kepada warisan budaya kebanggaan kita semua ini," kata Luhut.