Kamis 09 Jun 2022 09:39 WIB

Komisi VII DPR Sebut Bisnis Pertashop Mulai Ditinggalkan Pembeli

Selisih harga Pertamax dengan Pertalite Rp 5.000 per liter membuat Pertashop sepi.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Warga mengisi bahan bakar minyak (BBM) di salah satu Pertashop, Kota Yogyakarta, Selasa (10/5/2022).
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Warga mengisi bahan bakar minyak (BBM) di salah satu Pertashop, Kota Yogyakarta, Selasa (10/5/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VII DPR Hendrik Sitompul meminta pemerintah segera merespons usaha Pertashop yang mati suri akibat ditinggalkan pembeli. Hal itu karena masyarakat  lebih memilih membeli BBM murah karena perbedaan harga Pertamax dan Pertalite yang tinggi.

Selisih harga Pertamax dengan Pertalite saat ini, sekitar Rp 5.000 per liter. Kondisi itu berdampak terhadap bisnis Pertashop sebagai lembaga penyalur resmi berskala kecil yang menyediakan BBM nonsubsidi dan produk lain dari Pertamina di daerah yang jauh dari SPBU.

"Masalah Pertashop ini sangat serius. Tolong pemerintah merespons cepat," ujar politikus Partai Demokrat itu dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Kamis (9/6/2022). Hendrik menuturkan usaha Pertashop banyak dikelola oleh masyarakat kecil.

Mereka meminjam uang dari bank untuk membangun Pertashop. Ketika harga Pertamax naik, sementara harga Pertalite tidak mengalami perubahan, sambung dia, bisnis Pertashop goyah. Pemiliknya harus tetap membayar pinjaman bank di tengah situasi konsumsi Pertamax yang turun.

Mengutip penawaran kemitraan Pertamina, menurut Hendrik, modal usaha untuk membangun Pertashop mulai dari Rp 250 juta hingga Rp 500 juta. "Karena mati suri tidak mampu lagi membayar, akhirnya kredit macet, Pertashop disita oleh bank. Kami sangat prihatin karena mereka adalah orang-orang kurang mampu yang meminjam uang dari bank untuk membangun itu," kata Hendrik.

Dia mengaku, sering ditanya pengusaha Pertashop mengenai kapan harga Pertalite naik dan apakah harga Pertamax ikut merangkak. Hendrik menyatakan, tak bisa menjawab pertanyaan itu lantaran kewenangan mengubah harga BBM ada di tangan pemerintah.

Hendrik melaporkan, Asosiasi Paguyuban Pertashop akan melakukan unjuk rasa ke Kementerian BUMN untuk meminta pertanggungjawaban dari pemerintah yang memprioritaskan pembangunan Pertashop di berbagai daerah. Sebelumnya, PT Pertamina Patra Niaga mengungkapkan, konsumsi Pertamax anjlok hingga 20 persen akibat konsumen BBM nonsubsidi beralih membeli BBM bersubsidi.

Saat ini, harga jual Pertamax Rp 12.500 per liter, sedangkan harga jual Pertalite Rp 7.650 per liter. Sampai 31 Mei 2022, angka konsumsi Pertalite telah mencapai 50,74 persen atau sebanyak 11,69 juta kiloliter dari kuota yang ditetapkan APBN sebesar 23,04 juta kiloliter. Pemerintah mengambil langkah penambahan kuota Pertalite agar kebutuhan BBM bersubsidi di dalam negeri bisa terpenuhi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement