REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinamis dan memesona, dua kata yang terlintas di benak setelah menyimak film biografi Elvis. Sebuah pengalaman menarik melihat rangkuman kisah hidup musisi penuh talenta Elvis Presley yang memiliki julukan "Raja Rock n Roll" di layar lebar.
Elvis dianggap sebagai salah satu ikon budaya paling signifikan di abad ke-20. Sosoknya dianggap sangat berbakat dengan vokal khas dengan jangkauan suara mengagumkan, sekaligus penuh kontroversi. Sutradara Baz Luhrmann menyampaikan kisah Elvis Presley dari perspektif berbeda.
Penampilan Elvis di panggung dianggap "provokatif" secara seksual. Kondisi demikian dikombinasikan dengan era transformatif dalam hubungan antarras kala itu di Amerika Serikat.
Luhrmann sukses menampilkan semua itu pada layar. Gaya penceritaan Luhrmann pun jauh dari kata monoton.
Cerita tentang Elvis dalam film dikisahkan lewat sudut pandang sang manajer, Kolonel Tom Parker. Sosok Elvis diperankan oleh aktor muda Austin Butler, sementara Kolonel Parker diperankan oleh aktor kawakan Tom Hanks. Dengan caranya yang unik dan artistik, Luhrmann mengemas kisah dengan apik.
Durasi awal film bermula dari narasi Parker tentang sosok Elvis. Ketika itu, sang kolonel pertama kali "menemukan" Elvis dan mengklaim "menciptakan" sosok idola selama relasi mereka lebih dari 20 tahun lamanya.
"Aku yang membawa Elvis kepada dunia," kata Parker jemawa.
Musik, naskah, dan bahasa visual menjadi satu kesatuan yang membawa penonton terhanyut mengikuti alur film. Sulit untuk tidak jatuh cinta pada film ini, yang tidak hanya merayakan karya dan pencapaian Elvis, tapi juga menunjukkan sisi manusiawinya yang rentan dan kerap mengalami duka.