REPUBLIKA.CO.ID, oleh Amri Amrullah, Mabruroh, Febrianto Adi Saputro
Rakernas PDIP yang digelar sejak Selasa (21/6/2022) dan ditutup hari ini, Kamis (23/6/2022) sesuai dugaan banyak pihak, di mana PDIP tak mengeluarkan satu nama pun bakal calon presiden (capres) sebagai rekomendasinya. Padahal, Ketua DPP PDIP Puan Maharani sebelumnya menyatakan, bisa saja rakernas dijadikan media bagi partainya untuk memunculkan nama bakal capres.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis (TPS), Agung Baskoro mengungkapkan sejak awal, pembahasan di Rakernas PDIP memang belum diarahkan ke satu nama bakal capres. Hal itu sebagaimana tema rakernas yang ingin memfungsikan desa sebagai poros pembangunan.
Pembahasan kedua, lanjut Agung, Rakernas PDIP membahas optimasi kerja-kerja para pengurus dan sayap-sayap partai di level akar rumput untuk 2024. Baru kemudian soal penyusunan kriteria sosok capres, visi, misi, dan program yang diusung.
Namun ternyata di luar soal substansi Rakernas PDIP kali ini, Megawati secara eksplisit memberikan gestur menohok ke Presiden Jokowi dan Ganjar Pranowo (Ganjar) yang saat itu hadir. Utamanya soal pilpres terkait manuver pencapresan maupun perihal bermain di banyak kaki.
"Di saat yang bersamaan, realitas politik di internal PDIP memberikan kesempatan kepada Puan Maharani. Untuk kembali bergerak memanfaatkan sisa waktu yang ada untuk mendongkrak elektabilitas agar bisa memenuhi kriteria yang diharapkan oleh publik," kata Agung kepada wartawan, Kamis (23/6/2022).
Jamak diketahui publik, jauh sebelum acara Rakernas PDIP, lewat acara relawan Projo bersama Presiden Jokowi muncul sinyal-sinyal dukungan kepada Ganjar. Kemudian dilanjutkan dengan pergerakan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang turut mengundang Relawan Projo dalam acara internal koalisi (6/6/2022).
"Artinya, ada peringatan keras dari Mega tadi, bisa dimaknai bahwa Ia dan PDIP adalah dwitunggal otoritatif, yang tidak dapat diintervensi oleh siapa pun dan oleh kekuatan apa pun dalam menentukan siapa capres yang diusung," jelas dia.
Menurut Agung, sikap PDIP untuk tidak mengeluarkan nama capres dalam rakernas menemui argumentasi rasionalnya. Pertama, karena PDIP secara mandiri bisa mengajukan paket capres-cawapres.
Kedua, Agung memprediksi, jikalau PDIP akhirnya memilih untuk berkoalisi, maka kemungkinan paling besar merapat ke KIB, koalisi yang digagas Golkar-PPP-PAN. Atau bisa juga ke koalisi Gerindra-PKB dengan koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR).
"Baik KIB dan KIR berpeluang bersama PDIP karena relasi yang terjalin cukup baik hingga sekarang, salah satunya karena masuk dalam kabinet Presiden Jokowi. Situasi ini berbanding terbalik dengan poros yang sementara ini digagas Nasdem bersama Demokat dan PKS," terangnya.
Selain itu, Agung menilai, Megawati juga sudah mulai memikirkan siapa penerusnya. Sebagaimana Demokrat kini bersama Agus Harimurti Yudhoyono pascakepemimpinan Ssuli Bambang Yudhoyono (SBY) tak lagi jadi ketua umum partai. Di fase ini, nama Puan mengemuka sebagai salah satu suksesor.
"Puan dianggap mewarisi visi dan rekam jejak trah Sukarno. Ini berarti jika setelah Mega, ketua umumnya adalah Puan Maharani maka tahapan berikutnya setelah menjadi Ketua DPR RI, adalah arena capres/cawapres," imbuhnya.
In Picture: Hari Kedua Rakernas II PDIP Hadirkan Kepala Daerah