Sabtu 02 Jul 2022 22:47 WIB

Temu Ulama Taliban Minta Imarah Islam Afghanistan Diakui, Tetapi Tetap Abaikan Perempuan

Pertemuan nasional ulama Afghanistan minta sanksi dicabut dan dana dicairkan

Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi wanita Afghanistan. Pertemuan nasional ulama Afghanistan minta sanksi dicabut dan dana dicairkan
Foto:

Beberapa media lokal melaporkan suara tembakan di dekat lokasi pertemuan yang digelar di Aula Loya Jirga Universitas Politeknik Kabul. 

Seorang juru bicara pemerintah Taliban mengatakan, mereka telah meningkatkan keamanan selama pertemuan. Menurutnya suara tembakan yang terdengar adalah karena kesalahan penjaga keamanan. 

Pertemuan itu tampak mirip dengan "loya jirga", yaitu suatu bentuk pengambilan keputusan tradisional di Afghanistan yang telah digunakan beberapa pemimpin, termasuk mantan Presiden republik Ashraf Ghani. 

Pada 2020, Ghani mengadakan loya jirga sebelum memutuskan untuk membebaskan ratusan tahanan Taliban untuk memajukan pembicaraan damai. 

Perdana Menteri di bawah kepemimpinan Taliban, Abdul Salam Hanafi, mengatakan kepada penyiar RTA bahwa, pertemuan itu tidak akan dihadiri peserta perempuan. Ketika ditanya apakah perempuan akan hadir, Hanafi mengatakan delegasi laki-laki akan mewakili perempuan.  

“Perempuan adalah ibu kita, saudara kita, kita sangat menghormati mereka, ketika anak laki-laki mereka ada dalam pertemuan itu berarti mereka juga terlibat,” ujar Hanafi. 

Kelompok masyarakat sipil mengatakan, pertemuan itu tidak akan memiliki legitimasi jika perempuan tidak dilibatkan. Hanafi mengatakan, pertemuan besar ini adalah yang pertama sejak Taliban mengambil alih Agustus lalu.  

"Orang-orang yang berbeda dengan pandangan yang berbeda akan berkumpul. Ini akan menjadi langkah positif bagi stabilitas di Afghanistan dan memperkuat persatuan nasional," kata Hanafi. 

Afghanistan berada dalam krisis ekonomi yang mendalam karena cadangan bank sentral senilai miliaran dolar telah dibekukan. Selain itu, sanksi internasional diberlakukan pada sektor perbankan, sehingga menghambat perekonomian.  

Pemerintah internasional, khususnya Amerika Serikat mengatakan bahwa, Taliban perlu mengubah arahnya terhadap hak-hak perempuan. Sejak berkuasa, Taliban memberlakukan kebijakan yang sangat membatasi gerak perempuan. 

Taliban mengharuskan perempuan menggunakan jilbab dan menutup wajah mereka dengan cadar. 

 

Selain itu, setiap perempuan yang hendak bepergian harus didampingi oleh kerabat laki-laki. Taliban juga melarang perempuan bekerja dan tidak melibatkan mereka dalam pemerintahan.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement