REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta punya banyak cara dalam menyediakan penghidupan bagi lebih dari 8,5 juta jiwa warga yang tercatat di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Jakarta.
Pilihannya adalah apakah bekerja di sektor formal seperti menjadi karyawan atau buruh atau mencari nafkah di sektor informal antara lain menjadi pedagang kaki lima (PKL), penata parkir, pengamen dan anak jalanan, pedagang pasar.
Menurut BPS Jakarta, jumlah seluruh angkatan kerja pada Februari 2011 yang tercatat adalah 5,01 juta orang dan yang bekerja adalah 4,47 juta orang atau "hanya" 542.710 orang yang menganggur.
Mereka yang bekerja di sektor formal (pekerjaan dengan pendapatan tetap dan memiliki keamanan kerja) ada 3,05 juta orang sementara pekerja sektor informal (pekerjaan yang mudah dimasuki sekaligus padat karya) ada 1,41 juta orang.
Orang-orang tersebutlah yang mendorong laju perekonomian kota. Adanya pertumbuhan ekonomi akan menarik orang dari daerah lain untuk masuk dan bekerja di Jakarta.
"Modal dengkul juga bisa hidup di sini," kata Nyoto (36) laki-laki asal Solo yang datang ke Jakarta 22 tahun lalu. Ia dibawa oleh temannya untuk mengadu nasib di Jakarta dengan berpindah-pindah tempat tinggal mulai dari Pasar Minggu, Pulogadung, Klender hingga akhirnya menetap untuk mengontrak di Tanah Abang demi berjualan buah keliling.
"Di sini bisa ambil dagangan dulu baru bayar belakangan. Untungnya memang tidak seberapa tapi jangan terlalu banyak untung juga biar gak lupa daratan," kata tamatan SMP itu.
Meskipun Nyoto sudah lama tinggal di Jakarta, ia memilih untuk memiliki KTP Depok, Jawa Barat. "KTP itu juga baru saya bikin," tambah laki-laki yang meninggalkan istrinya di kampung halamannya tersebut.