REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Jumlah pendatang baru pasca-Lebaran di Jakarta cenderung menurun. Berdasarkan data yang diperoleh Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Barat, jumlah pendatang baru dari waktu ke waktu makin turun. Pada tahun 2006 jumlah pendatang baru sebanyak 124.427; pada 2007 sebanyak 109.617; pada 2008 sebanyak 88.473; pada 2009 sebanyak 69.554; pada 2010 sebanyak 59.215. "Pada tahun ini diperkirakan jumlah pendatang baru akan berkurang sebanyak 15 persen," kata Kepala Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Barat Ahmad Fauzi di Kembangan, Kamis, (8/9).
Sebelum Lebaran dan setelah Lebaran, ujar Fauzi, pihaknya terus memantau jumlah arus mudik dan arus balik. Hal itu perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah pendatang baru. Sebab pendatang baru merupakan selisih antara arus balik dengan arus mudik. "Berdasarkan pengamatan kami, jumlah pendatang baru terus menurun dan semoga memang selalu begitu," ujarnya.
Penurunan pendatang baru, terang Fauzi, terjadi karena semakin banyak kota-kota besar lain yang mulai menarik bagi pendatang baru. Sejumlah kota besar yang menarik pendatang baru di antaranya Bandung, Surabaya, dan Medan. Selain itu, daerah pinggiran Jakarta seperti Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi juga cukup menarik bagi para pendatang baru. "Sehingga mengurangi jumlah pendatang baru di Jakarta. Mulai adanya pemerataan pembangunan di daerah juga ikut mengurangi arus urbanisasi ke Jakarta."
Pemerintah, terang Fauzi, juga sudah melakukan kerja sama dengan 10 provinsi untuk mencegah arus urbanisasi ke Jakarta. Pihaknya melakukan sosialisasi ke 10 pemerintah provinsi tersebut terkait tantangan hidup di Jakarta, termasuk orang yang ingin merantau di Jakarta harus punya keahlian.
Rupanya sosialisasi tersebut cukup efektif menurunkan jumlah pendatang ke Jakarta. "Setiap tahun jumlah pendatang turun antara 10 sampai 15 persen," terangnya.