Senin 13 Jun 2011 20:50 WIB

Jembatan Dibakar, Ratusan Buruh Djarum tak Masuk Kerja

REPUBLIKA.CO.ID,KUDUS--Ratusan buruh rokok PT Djarum Kudus asal Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, terpaksa absen karena jembatan darurat menghubungkan wilayah Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, rusak karena diduga sengaja dibakar, Senin.

Public Affairs Manager PT Djarum Handoyo Setyo di Kudus membenarkan, adanya buruh rokok di PT Djarum Kudus yang berasal dari wilayah Demak terpaksa absen hari ini (13/6) karena persoalan jembatan tidak bisa dilewati.

"Jumlahnya sekitar 212 orang dengan tempat kerja berbeda-beda," ujarnya.

Ia memperkirakan, ratusan pekerja tersebut berasal dari lima gudang produksi (brak) milik PT Djarum yang tersebar di beberapa wilayah dengan jumlah masing-masing brak bervariasi.

Sebetulnya, lanjut dia, persoalan jembatan bukan urusan perusahaan.

"Hanya saja, beberapa perwakilan dari PT Djarum diminta mengecek jembatan tersebut untuk memastikan kondisi sesungguhnya," ujarnya.

Jembatan darurat penghubung antara Desa Kedungwaru Lor, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak dengan Desa Setrokalangan, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, sepanjang 20 meter, diketahui warga terbakar pada Senin (13/6) pagi.

Akibat kondisi tersebut, sejumlah warga dari Karanganyar, terutama buruh pabrik rokok terpaksa memutar mencari jalan lain dengan jarak tempuh sekitar 12 kilometer untuk bisa sampai ke tempat kerja.

Namun, banyak buruh pabrik rokok yang terpaksa absen atau balik ke rumah setelah mengetahui jembatan penyeberangan di atas Sungai Wulan sepanjang 20 meter sulit dilalui warga.

"Jika pembakaran jembatan tersebut disengaja, tentunya kami sangat menyayangkan karena yang paling membutuhkan dari warga Demak, bukan Kudus," ujar Sekretaris Desa Setrokalangan, Chamdi.

Apalagi, lanjut dia, warga dari dua kabupaten tersebut, juga sepakat dengan tarif yang dikenakan kepada setiap warga yang melintasi jembatan yang hanya dibuat pada musim kemarau.

Jembatan yang dibuat sejak dua minggu lalu itu, katanya, menghabiskan biaya sekitar Rp7 juta lebih.

Pada musim hujan atau ketika debit air sungai meningkat, katanya, warga yang ingin melintasi sungai disediakan perahu yang dioperasikan oleh kelompok warga dari Desa Kedungwaru Lor dengan Desa Setrokalangan pada jam-jam tertentu.

Sedangkan pengoperasian perahu tersebut, dilakukan secara bergantian setiap satu tahun sekali.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement