REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG - Lahan pertanian korban banjir lahar dingin Gunung Merapi di Dusun Sabrangkali, Desa Blongkeng, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang kembali teraliri air setelah warga membangun bendungan dan saluran air.
Warga menyambut keberhasilan tersebut dengan doa bersama di Pelataran Gondang, Sungai Putih, Desa Blongkeng, Kamis (29/9). Lokasi ini semula merupakan sawah subur namun kemudian menjadi lapangan batu dan pasir setelah diterjang banjir lahar dingin pascaerupsi Merapi 2010.
Warga berhasil membangun bendungan batu dan saluran irigasi gantung. Mereka berhasil mengalirkan air dari Sungai Putih menuju lokasi persawahan seluas 60 hektare.
Saluran irigasi dibuat menggantung di atas Sungai Putih karena saluran lama hilang diterjang banjir lahar pada Januari 2011. Sawah seluas satu hektare yang sebagian tanah bengkok Desa Blongkeng berubah menjadi sungai.
Seorang warga Blongkeng, Miftahul Huda, mengatakan, saluran irigasi ini dibangun tiga titik dengan panjang total 140 meter. Titik pertama sepanjang 44 meter, titik kedua 80 meter dan titik ketiga 16 meter.
Ia mengatakan, warga menyadari konsekuensi bahayanya jika banjir lahar kembali datang. "Mungkin nanti akan kami copot lagi," katanya.
Menurut dia, warga semula berniat membangun saluran air dari bahan bambu dan kayu. Namun, semangat dan usaha swadaya warga ini mendapat apresiasi dari sebuah lembaga sosial kemanusiaan International Relief & Development (IRD).
IRD membantu warga berupa pipa paralon berukuran delapan dim, semen dan kawat seling sepanjang 140 meter. Kepala Desa Blongkeng Yuliyanta berharap warga bisa memanfaatkan air yang ada secara efisien.
Meskipun air berhasil dialirkan ke sawah, debitnya relatif kecil karena hanya menggunakan pipa paralon. Padahal, luas sawah yang akan dialiri sekitar 60 hektare. "Masyarakat jangan berebut, harus diatur agar semua mendapat bagian air. Bencana ini harus menjadi pemompa semangat agar bisa maju berkembang," ujarnya.