REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Sekitar 25 persen pasien kanker di DIY berobat ke pengobatan alternatif . Padahal, pengobatan alternatif itu tidak menghilangkan penyakit kanker dan justru akan bertambah berat dan ketika dibawa ke rumah sakit sudah dalam keadaan stadium lanjut.
''Sebaiknya kalau mau menggunakan pengobatan herbal atau komplementer, pasien kanker tidak meninggalkan pengobatan medis supaya bisa dipantau perkembangan penyakitnya,'' kata Wakil Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) DIY, Tuti Loekman Soetrisno, usai peluncuran buku "Aku Menang Atas Kanker" oleh Ketua YKI DIY GKR Hemas, di Bangsal Kepatihan Yogyakarta, Kamis (22/12).
Sementara GKR Hemas mengatakan penderita kanker di DIY mengalami peningkatan, tetapi penderita biasanya malu atau takut memeriksakan penyakitnya, sehingga tidak langsung pergi ke dokter melainkan ke pengobatan alternatif. ''Penderita kanker itu masih takut untuk memeriksakan penyakitnya ke dokter. Mereka lalu pergi ke pengobatan alternatif kemudian baru pergi ke dokter. Sampai ke dokter, penyakitnya stadium lanjut,'' ungkap dia.
Hemas mengatakan, dia bukannya tidak setuju dengan pengobatan alternatif. Kalau pun pasien kanker pergi ke pengobatan alternatif, seharusnya juga dirujuk ke rumah sakit sehingga tidak meninggalkan pengobatan medis. ''Yang kami khawatirkan apabila pasien hanya pergi ke pengobatan alternatif dulu kemudian baru ke dokter, pengobatannya sudah sulit karena sudah parah,'' kata dia.
ne