Selasa 19 Jul 2022 11:57 WIB

Terdeteksinya BA.2.75 di Indonesia Jadi Tanda Pandemi Belum Berakhir

Tiga kasus Covid-19 varian BA.2.75 ditemukan di Jakarta dan Bali.

Red: Andri Saubani
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin nyatakan subvarian Covid-19 BA.2.75 sudah masuk ke Tanah Air
Foto: ANTARA/M Agung Rajasa
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin nyatakan subvarian Covid-19 BA.2.75 sudah masuk ke Tanah Air

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Dessy Suciati Saputri

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada Senin (18/7/2022) mengungkapkan, bahwa subvarian baru Omicron yakni BA.2.75 sudah terdeteksi di Indonesia. Subvarian baru Omicron ini awalnya ditemukan di India dan sudah menyebar hingga ke 15 negara lainnya.

Baca Juga

Tiga kasus yang ditemukan di Indonesia tersebut, di antaranya yakni satu kasus ditemukan di Bali dan dua kasus lainnya ditemukan di Jakarta.

“Satu ada di Bali karena kedatangan luar negeri, dua ada di Jakarta, ya kemungkinan besar transmisi lokal sedang kita cari sumbernya dari mana,” kata Budi saat konferensi pers usai rapat terbatas evaluasi PPKM di Kantor Presiden, Jakarta, Senin.

Sebelumnya dilaporkan, subvarian baru dari Omicron yakni BA.2.75 ini memicu kekhawatiran para ahli. WHO melabeli subvarian ini sebagai variant of concern lineage under monitoring yang berarti masih terlalu dini untuk mengetahui apakah mutasi BA.2.75 akan seperti varian lainnya, menimbulkan ancaman bagi kesehatan masyarakat.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan, sejauh ini belum ada kepastian tentang pola penularan dan berat-ringannya dampak BA.2.75 yang oleh sebagian pihak disebut sebagai centaurus. Data sementara yang ada menunjukkan bahwa BA.2.75 menunjukkan setidaknya delapan mutasi tambahan daripada BA.5.

Utamanya di terminal N, yang dapat punya pengaruh menghindar dari imunitas yang sekarang sudah ada. Data awal juga menunjukkan bahwa BA.2.75 menunjukkan beberapa alternatif solusi dari BA.5, yaitu antara lain del69/70 menjadi 147E, 152R, 157L, 210V, 257S serta 452R menjadi 446S.

Tjandra mengatakan, sebelum adanya laporan BA.2.75, juga sudah ada laporan dari India yang menghubungkan sub varian BA.2 dengan mutasi di with S:K147E, W152R, F157L, I210V, G257S, D339H, G446S, N460K dan R493Q. Sementara itu, penelitian dari Cina menyebutkan bahwa tidak ada perubahan yang bermakna tentang efikasi terhadap obat antibodi netralisasi antara BA.2.75 dengan BA.4/5, khususnya karena sebagian antibodi ternyata menetap walaupun ada reversi R493Q.

"Sudah adanya BA.2.75 di Indonesia ini menunjukkan pada kita bahwa pandemi Covid-19 masih bersama kita dan berbagai perkembangan dapat saja terjadi, termasuk adanya varian atau subvarian baru. Tentu tidak perlu panik, tetapi jelas perlu waspada dan mendapatkan data lmiah yang valid agar penanganan di lapangan dapat berjalan dengan tepat," tegas Tjandra dalam keterangan kepada Republika, Selasa (19/7/2022).

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement