REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo bersama rombongan Kementerian Pertanian meninjau perkebunan tebu PT Pabrik Gula Rajawali II di Desa Pasirbungur, Kabupaten Subang, Jumat (29/7/2022). Dia mendorong, agar perusahaan dapat menanam tebu pada area mencapai 1.000 hektare.
"Harus sampai 1.000 hektare (menanam) di Rajawali," ujarnya seusai acara bertema 'perkebunan merdeka olah tanah, tanam dan panen tebu mewujudkan swasembada gula konsumsi tahun 2024', Jumat (29/7/2022).
Syahrul mengajak, pihak PT PG Rajawali II untuk menindaklanjuti rencana tersebut agar dapat berhasil terealisasi. Selain itu, Syahrul mengaku, akan melakukan koordinasi dengan Kementerian BUMN yang dipimpin oleh Erick Thohir. "Dikonsepsikan segera, bisa berfungsi secara maksimal," katanya.
Dia mendorong, agar ekosistem perkebunan tebu diperbaiki sehingga dapat menghasilkan gula yang banyak. "Kita harus yakin memperbaiki semua ini dan muaranya tentu kita dapat gula banyak begitu juga dengan kebutuhan konsumsi gula masyarakat dan bangsa ini," ujarnya.
Dengan gula yang melimpah, dia mengatakan, tidak berdampak kepada inflasi yang dapat menganggu ekonomi. Selain itu, masyarakat dapat memiliki kesempatan memperoleh lapangan pekerjaan dan ekonomi yang lebih baik.
"Kita tentu dari gula, inflasi tidak akan menjadi bagian yang menggerus ekonomi kita dan tentu saja sekaligus menjadi lapangan pekerjaan untuk rakyat mendapatkan margin lebih baik," katanya.
Dia menambahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan tantangan kepada para menteri. Syahrul mengatakan, presiden mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki lahan yang cukup dan kemampuan varietas yang baik serta permodalan.
Anggota DPR RI Sutrisno mengungkapkan, para petani tebu di Subang mengeluhkan harga sewa lahan untuk satu hektar yang tinggi. Selain itu penggarap diberi beban tanggung jawab segala urusan terkait menanam.
Salah seorang petani tebu Efin mengaku, kendala yang dihadapi oleh petani saat ini yaitu masalah pupuk yang sering terlambat datang. "Kondisi di lapangan sementara ini tersendat masalah pupuk yang selalu belum ada, jadi terlambat," katanya.