Senin 01 Aug 2022 06:35 WIB

Ribuan Tas Purun Ramah Lingkungan Laris di Amerika

Tas purun dibeli Rp 20 ribu-Rp 50 ribu dan dijual 25 dolar AS-30 dolar AS.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Anggota kelompok perajin purun menata tas berbahan purun (rumput gambut) yang dijual di sentra kerajinan objek wisata Kampung Purun, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kamis (2/9/2021). Ribuan tas berbahan dasar tumbuhan purun dari anyaman tangan UMKM di Kalimantan Selatan, habis terjual dalam waktu singkat dibeli warga Amerika.
Foto: ANTARA/Makna Zaezar
Anggota kelompok perajin purun menata tas berbahan purun (rumput gambut) yang dijual di sentra kerajinan objek wisata Kampung Purun, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kamis (2/9/2021). Ribuan tas berbahan dasar tumbuhan purun dari anyaman tangan UMKM di Kalimantan Selatan, habis terjual dalam waktu singkat dibeli warga Amerika.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Ribuan tas berbahan dasar tumbuhan purun dari anyaman tangan UMKM di Kalimantan Selatan, habis terjual dalam waktu singkat dibeli warga Amerika.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Kalsel Supriadi mengatakan, ekspor perdana mencoba perluasan pasar produk bernama tas purun kini sangat diminati berbagai kalangan, bahkan belum genap 10 hari semuanya habis terjual.

Baca Juga

"Kita jual per satuan di kisaran harga 25-30 dolar AS, sesuai dengan biaya yang dikeluarkan," ujar Supriadi di Banjarmasin, Ahad (31/7/2022).

Sedangkan di tingkat perajin yang tergabung bersamanya, harga tas purun per satuan dibeli di kisaran Rp 20 ribu-Rp 50 ribu tergantung motif. Jika dihitung di harga tertinggi kenaikan per satuan di Amerika menjadi Rp 450 ribu (asumsi kurs Rp 15 ribu).

"Kalau di toko-toko di Banjarmasin kisaran Rp50 ribu-Rp 200 ribu, kalau di bandara dan di mal sudah lebih mahal," ujarnya.

Tas purun itu disebar, Supriadi ke 10 negara bagian di Amerika. Di antaranya Seattle, Colorado, Chicago, Las Vegas, New York, Los Angeles, Florida, Ohio, Nevada, Alabama.

"Kita kerja sama dengan Diaspora Indonesia di Amerika mereka sebagai pemasarannya. Tas purun ini ada yang di jual di toko dan juga di rumah," ujar Supriadi.

Semua produk tas purun bahan dasarnya dari tumbuhan purun pilihan agar bisa bertahan lama apabila dipakai sesuai kapasitasnya. Selain itu, hasil anyaman ini juga memiliki standar untuk corak tampil tas yang tidak menggunakan bahan pewarna kimia, sesuai tren saat ini di negara itu yang lebih memilih produk organik.

Suksesnya ekspor perdana tas purun ini, ingat dia, juga dipengaruhi kebijakan otoritas negara atas larangan penggunaan kantong plastik untuk berbelanja dan dijalankan masyarakat setempat. "Pakai kertas cuma sekali pakai. Dengan tas purun karena harga relatif lebih murah dan bisa mereka pakai berkali kali. Itulah yang membuat laku," kata dia.

Tas purun, kata dia, didominasi untuk perlengkapan belanja kebutuhan rumah tangga dan selain itu ada juga yang menggunakan sebagai pelengkap gaya hidup era sekarang. Awal September ini, Supriadi akan mengirim tas purun lagi, jumlahnya ditingkatkan diperkirakan sampai lima ribu buah.

Ekspor kedua ini, kata dia, akan menambah target pasar di beberapa negara bagian lainnya, sebagai upaya perkenalan dan meningkatkan daya beli untuk produk UMKM.

Pencarian peluang pasar ini diniatkan sebagai upaya membantu laju pertumbuhan ekonomi saat ini. Sekaligus, kata dia, untuk meningkatkan daya beli produk UMKM, apabila semakin luas pasar maka tidak menutup kemungkinan bisa menarik pelaku UMKM lain terlibat.

"Yang penting bagaimana ekspor ini bisa membantu masyarakat kecil. Kita liat lagi ke depannya apakah ada peluang untuk produk UMKM Kalsel, kalau ada peluang Insya Allah saya bantu masuk," ujarnya.

Sementara ini, ekspor perdana pada 13 Juli lalu dari Banjarmasin, kata dia baru dua produk UMKM yang dipasarkan APINDO Kalsel di Amerika, yaitu tas purun dan baju bermotif sasirangan khas lokal.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement