REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Pemerintah Rusia membantu memediasi Armenia dan Azerbaijan meredam ketegangan terbaru di wilayah perbatasan kedua negara. Moskow berharap, kesepakatan gencatan senjata yang telah dicapai dilaksanakan secara penuh.
“Kami berharap kesepakatan yang dicapai sebagai hasil mediasi Rusia mengenai gencatan senjata mulai pukul 09:00 waktu Moskow pada 13 September tahun ini akan dilaksanakan secara penuh,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan, Selasa (13/9/2022).
Pasukan Armenia dan Azerbaijan terlibat konfrontasi baru di wilayah perbatasan kedua negara. Menurut Azerbaijan, pasukan Armenia telah terlibat dalam kegiatan intelijen di perbatasannya. Armenia pun dituding memindahkan senjata ke daerah tersebut. Selain itu, menurut Azerbaijan pada Senin (12/9/2022) malam pasukan Armenia melakukan operasi penambangan .
Pasukan Azerbaijan dilaporkan melancarkan tembakan intensif terhadap militer Armenia ke arah Kota Goris, Sok, dan Jermuk. Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan sebanyak 49 tentara negaranya tewas akibat serangan Azerbaijan. “Untuk saat ini, kami memiliki 49 (tentara) tewas dan sayangnya itu bukan angka terakhir,” ucapnya kepada parlemen, Selasa.
Armenia dan Azerbaijan telah terlibat perselisihan sejak dekade 1990-an. Pemicu utamanya adalah Nagorno-Karabakh, sebuah wilayah yang terletak di dalam Azerbaijan, tapi berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia. Pada 2020 lalu, kedua negara terlibat pertempuran di wilayah tersebut.
Konfrontasi berlangsung selama enam pekan dan memakan korban lebih dari 6.500 jiwa. Rusia menjadi pihak yang berhasil mendorong kedua negara menyepakati gencatan senjata. Berdasarkan perjanjian, 2.000 tentara penjaga perdamaian Rusia dikerahkan ke wilayah tersebut.
Azerbaijan memperoleh keuntungan teritorial yang signifikan. Hal itu karena Armenia setuju menyerahkan beberapa bagian wilayah di Nagorno-Karabakh ke Azerbaijan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.