Ahad 23 Oct 2022 19:07 WIB

Pengamat: Pidato Jokowi di HUT Golkar Multitafsir

Sulit dipungkiri bahwa arah tujuan pernyataan Jokowi dinilai ke Nasdem.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) berbincang dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (ketiga kiri) dan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (kedua kanan) saat menghadiri acara puncak HUT ke-58 Partai Golkar di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (21/10/2022). Perayaan HUT ke-58 Partai Golkar tahun 2022 ini mengusung tema Golkar Menang Rakyat Sejahtera.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) berbincang dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (ketiga kiri) dan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (kedua kanan) saat menghadiri acara puncak HUT ke-58 Partai Golkar di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (21/10/2022). Perayaan HUT ke-58 Partai Golkar tahun 2022 ini mengusung tema Golkar Menang Rakyat Sejahtera.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, menilai pidato politik Presiden Joko Widodo ketika menghadiri Hari Ulang Tahun (HUT) Partai Golkar JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Jumat (21/10/2022) multi tafsir.

Najmuddin menyebut masing-masing partai dan tokoh-tokoh elite parpol sama-sama bertanya-tanya kepada siapa arah pernyataan Jokowi yang berpesan agar partai tidak sembrono menentukan calon presiden.

Baca Juga

"Jokowi mewanti-wanti agar tidak sembrono deklarasi calon presiden (capres) di acara HUT ke-58 Golkar. Ini statemen yang bisa multitafsir," kata Najmuddin, Ahad (23/10/2022).

Sebagai presiden dan kepala negara, menurut Najmuddin, tentu bermakna harapan kepada Partai Golkar sebagai partai paling senior supaya dapat melahirkan pemimpin kandidat calon presiden yang kuat. Karena Jokowi punya harapan penerusnya adalah pemimpin yang dapat menyelesaikan banyak persoalan.

Tapi puncak HUT Golkar ini juga dihadiri semua ketua umum partai politik. Sehingga pesan  'jangan sembrono' ini seakan-akan juga sampai ke partai-partai lain.

Partai yang lebih dulu merasa kena sentil adalah Nasional Demokrat (Nasdem). Partai besutan bos Media Group, Surya Paloh ini telah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai Capres. "Menurut saya, sulit dinafikan tujuan pesan itu diarahkan ke Nasdem. Ini erat kaitannya dengan belum adanya bacapres dari PDI-P. dan parpol lainnya.

Surya Paloh, menjadi pemicu semakin tingginya suhu politik dan membuat Jokowi turut terlibat dalamnya," ujar Najmuddin.

Curi start Nasdem mendeklarasikan Anies sebagai capres ini dinilai Najmuddin memicu elite parpol lain kasak kusuk melakukan komunikasi politik. Karena Anies dianggap sebagai lawan berat karena tingginya elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta itu dari hasil analisa berbagai lembaga survei.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement