REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menilai kunjungan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto ke Pentagon, Amerika Serikat, merupakan upaya Indonesia menjadi "pemain kunci" dalam menjaga stabilitas kawasan Indo-Pasifik. Karena itu dia menilai kunjungan Prabowo bertemu Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd J Austin III di Pentagon, Kamis (20/10), tidak bisa dilihat sekadar sebagai bentuk keseriusan rencana pembelian F-15.
"Prabowo tidak datang dengan agenda tunggal atau terbatas, sehingga pertemuan itu harus dilihat dalam kerangka yang lebih besar, yaitu kerangka diplomasi pertahanan, terutama sebagai respon terhadap dinamika lingkungan strategis," kata Khairul Fahmi di Jakarta, Jumat (28/10/2022).
Dia menilai, kunjungan Menhan Prabowo tersebut karena Indonesia harus terus meningkatkan posisi tawar dan memperkuat diplomasi ekonomi dan pertahanannya, terutama dengan China dan AS sebagai dua kekuatan utama di Indo-Pasifik.
Karena itu menurut dia, perlu meningkatkan kepercayaan dan mengurangi rasa takut serta kesalahpahaman dengan kedua pihak yang berseteru tersebut. "Indonesia harus menunjukkan bahwa hubungan Indonesia-AS adalah hubungan berbasis kesepahaman kepentingan dan kemitraan, bukan hegemon-proksi. Karena itu dalam konteks diplomasi pertahanan disebut sebagai diplomasi pertahanan untuk membangun kepercayaan," ujarnya.
Khairul mengatakan, rencana pembelian F-15 bisa saja merupakan salah satu agenda turunan yang didiskusikan antara Menhan Prabowo dan Menhan Austin. Namun menurut dia, ada komitmen-komitmen lain seperti kerja sama latihan-pelatihan dan pengembangan alat utama sistem senjata (alutsista) bersama.
"Ini bukan soal keseriusan namun memastikan dan menjajaki peluang manfaat tambahan serta kelonggaran dari batasan-batasan, termasuk dari potensi embargo dan syarat penggunaan tertentu, yang bisa diperoleh jika pembelian dapat direalisasikan," katanya.
Selain itu dia menilai langkah Prabowo tersebut relevan dengan situasi di negara-negara ASEAN saat ini sebagai salah satu aktor penting kawasan Indo-Pasifik yang tampak ambigu. Hal itu menurut dia terlihat ketika terdapat perbedaan sikap dan kepentingan beberapa negara anggota ASEAN, terutama terhadap AS dan China.
"Sulit terwujudnya sikap bersama dan multilateralisme ASEAN, memaksa Indonesia sebagai disputing state di perairan Natuna Utara, secara mandiri merespons dinamika dengan kebijakan politik, ekonomi, dan pertahanan yang cenderung pragmatis atas nama politik luar negeri bebas aktif dan kepentingan nasional," ujarnya.
Sebelumnya, Menhan Prabowo melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd J Austin III di Pentagon, Virginia, AS, Kamis (20/10).
Dalam pertemuan tersebut, kedua menteri pertahanan ini mendiskusikan penyelarasan kerja sama ke depan antara AS dan Indonesia, di mana kedua negara menginginkan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Austin juga mengapresiasi kepemimpinan Indonesia di ASEAN, Indo-Pasifik, dan di dunia. Prabowo dan Austin menekankan pentingnya kerja sama yang berkelanjutan di tengah dinamika keamanan regional yang semakin kompleks.