Kamis 03 Nov 2022 12:56 WIB

Pemerhati Keamanan Dorong Negara Lakukan Pembenahan Security System

Perlu solusi yang permanen dan sistem mitigasi yang holistik.

Sebuah jalan kecil di distrik Itaewon ditutup dengan pita kuning setelah terjadi insiden akibat massa berdesakan selama perayaan Halloween, di Seoul, Korea Selatan, 30 Oktober 2022. Menurut Badan Pemadam Kebakaran Nasional, 151 orang tewas dan 82 terluka pada 29 Oktober dalam kerumunan besar pengunjung yang datang untuk merayakan Halloween.
Foto: EPA-EFE/YONHAP SOUTH KOREA OUT
Sebuah jalan kecil di distrik Itaewon ditutup dengan pita kuning setelah terjadi insiden akibat massa berdesakan selama perayaan Halloween, di Seoul, Korea Selatan, 30 Oktober 2022. Menurut Badan Pemadam Kebakaran Nasional, 151 orang tewas dan 82 terluka pada 29 Oktober dalam kerumunan besar pengunjung yang datang untuk merayakan Halloween.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati Pertahanan dan Keamanan, Yasmin Nur, mewanti-wanti agar negara negara segera berbenah dan melakukan evaluasi, merespons sejumlah kejadian di dunia yang merenggut nyawa ratusan orang. Salah satu kejadian tersebut adalah peristiwa Halloween Party di Itaewon, Korea Selatan, dan jembatan putus di India. Keduanya berakibat hilangnya nyawa ratusan warga. Sebelum itu, Indonesia sendiri juga berduka luar biasa dengan adanya peristiwa di Stadion Kanjuruhan, Malang. 

"Ini alarm yang sangat keras, bahkan ultra keras. Evaluasi terhadap sistem keamanan dunia harus menjadi agenda prioritas Internasional," kata dia di Jakarta, Kamis (3/11/2022).

Baca Juga

Oleh karena itu, selain menuntut pertanggungjawaban dari pihak terkait, Yasmin mengatakan, ada yang lebih penting, yakni solusi yang permanen dan sistem mitigasi yang holistik. "Majamenen krisis perlu ditingkatkan berkali kali lipat. Jangan hanya fokus menghukum para pihak, tapi kita juga perlu menyiapkan solusi yang holistik", paparnya. 

Yasmin yang sekarang mengikuti studi di Universitas Pertahanan ini juga mengusulkan agar ada forum antarnegara yang membahas soal ini. "Negara-negara perlu untuk segera menggelar semacam forum yang membahas bahwa dunia sedang Darurat Keamanan. Tak ada sepak bola semahal nyawa, tak ada konser semahal nyawa, tak ada apa pun di dunia ini yang bisa ditukar dengan nyawa manusia", kata dia.

Secara garis besar, Yasmin mengingatkan tentang tantangan keamanan global baru, di mana sejumlah negara kebingungan dalam mengantisipasi aneka tragedi. Menurut dia, hal tersebut mengikis legitimasi negara. Hal ini diperparah pula dengan kondisi arsitektur keamanan nasional yang masih cacat dan kuno, dan kondisi birokrasi yang rumit. 

"Maka ke depan, tantangan masalah keamanan adalah prinsip keterbukaan dan transparansi. Sistem keamanan harus lebih akuntabel untuk masyarakat luas," kata dia.

Dilansir dari Antara, nerdasarkan pemberitaan di berbagai media nasional Korsel, saat ini terdapat sekitar 151 korban jiwa dan 76 korban luka.

Jumlah tersebut dikhawatirkan akan bertambah karena hingga Minggu (30/10) pukul 14.00 waktu setempat setidaknya ada 3.480 laporan orang hilang yang diterima. Sebanyak 3.493 melalui panggilan telepon dan 87 berupa kunjungan.

Presiden Korsel Yoon Suk Yeol telah mengadakan rapat darurat dan memerintahkan aksi cepat tanggap kepada seluruh jajarannya untuk mengevakuasi para korban, mencegah terjadinya korban tambahan dan menjaga situasi di lokasi kejadian.

Gambar-gambar di media sosial memperlihatkan ratusan orang, yang memadati gang sempit dan miring itu, terjepit serta tidak bisa bergerak.

 

Sementara itu, para petugas penanganan darurat serta kepolisian berupaya untuk membebaskan mereka dari himpitan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement