Selasa 08 Nov 2022 05:11 WIB

China dan Arab Saudi Bantu Dana untuk Tangani Krisis Pakistan Hingga Rp 202 Triliun

Krisis ekonomi Pakistan telah memburuk keadaan.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Muhammad Hafil
 Siswa menggunakan bangku sekolah untuk menyeberangi banjir di sekolah yang terendam air, di distrik Mirpur Khas, provinsi Sindh, Pakistan, 10 Oktober 2022. Menurut otoritas manajemen bencana, sekitar 160 jembatan dan 5.000 km (3.200 mil) jalan hancur atau rusak, 3,5 juta hektar tanaman terpengaruh, dan sekitar 800.000 ternak hilang. Lebih dari 33 juta orang terkena dampak banjir, kata Menteri Perubahan Iklim negara itu Sherry Rehman.
Foto: EPA-EFE/REHAN KHAN
Siswa menggunakan bangku sekolah untuk menyeberangi banjir di sekolah yang terendam air, di distrik Mirpur Khas, provinsi Sindh, Pakistan, 10 Oktober 2022. Menurut otoritas manajemen bencana, sekitar 160 jembatan dan 5.000 km (3.200 mil) jalan hancur atau rusak, 3,5 juta hektar tanaman terpengaruh, dan sekitar 800.000 ternak hilang. Lebih dari 33 juta orang terkena dampak banjir, kata Menteri Perubahan Iklim negara itu Sherry Rehman.

REPUBLIKA.CO.ID,ISLAMABAD–Cina dan Arab Saudi telah menjamin pendanaan sebesar Rp 202 triliun untuk Pakistan karena terus berjuang dengan krisis ekonomi dan lingkungan. Menteri Keuangan Pakistan Ishaq Dar mengatakan dua negara itu telah mengkonfirmasi akan bantuannya.

Dilansir dari Middle East Monitor, Ahad (6/11/2022), Cina akan memberikan pinjaman pemerintah senilai Rp 62 triliun ke negara itu, serta membiayai kembali pinjaman bank komersial senilai lebih dari Rp 46 triliun dan meningkatkan pertukaran mata uang hingga lebih dari Rp 15 triliun.

Baca Juga

Pendanaan itu diumumkan setelah kunjungan Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif baru-baru ini ke Beijing, di mana ia dan presiden China Xi Jinping membahas kolaborasi lebih lanjut dalam proyek-proyek pembangunan. Jinping meyakinkan Sharif bahwa dia akan terus membantu Islamabad untuk mencapai stabilitas keuangan.

Dar mengatakan kepada wartawan bahwa Arab Saudi juga memberikan tanggapan positif terhadap permintaan Pakistan untuk tambahan Rp 46 triliun dalam pendanaan dan penggandaan fasilitas minyak yang ditangguhkan menjadi lebih dari Rp 15 triliun dalam upaya untuk mendukung ekonomi Pakistan.

Sepanjang tahun lalu khususnya, krisis ekonomi Pakistan telah memburuk karena banyak faktor termasuk salah urus, korupsi, inflasi tinggi yang sedang berlangsung, ekspor yang rendah, dan utang yang terus tumbuh.

Krisis ekonomi itu terutama diperburuk oleh rekor banjir yang melanda Pakistan selama lima bulan terakhir, menenggelamkan sepertiga negara itu ke dalam air dan menggusur sekitar 33 juta orang. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement