REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia melimpah akan kekayaan sumber daya alam. Bumi Pertiwi dianugerahi banyak 'harta' yang masih tersimpan di dalamnya, salah satunya adalah mineral. Terdapat begitu banyak potensi yang dapat dikelola untuk kemakmuran negeri.
Dalam agenda KTT G20, komitmen terhadap lingkungan termasuk perubahan iklim menjadi agenda prioritas yang disepakati anggota negara G20.
Salah satu strategi untuk mewujudkannya ialah dengan komitmen program dekarbonisasi dengan fokus pada transisi energi.
Tak heran jika listrik menjadi salah satu energi populer dalam menggerakkan banyak aspek di kehidupan ini, salah satunya sektor transportasi.
Penyediaan energi listrik yang ramah lingkungan menjadi andalan utama dalam mendukung transisi energi.
Seperti diketahui, permintaan kendaraan listrik berbasis baterai semakin meningkat trendnya, hal ini pula menjadi alasan berlombanya para produsen kendaraan bermotor memproduksi kendaraan listrik berbasis baterai.
Untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut dibutuhkan bahan dasar tambang yang tidak sedikit, mulai dari aluminium, nikel, tembaga, hingga timah, dan Indonesia menjadi salah satu negara utama penghasil komoditas tambang tersebut.
Melihat hal ini, Holding Industri Pertambangan di Indonesia, Mining Industry Indonesia (MIND ID), turut berperan sebagai pemain utama penghasil komoditas tersebut dan mengambil langkah strategis melalui salah satu anggotanya yaitu PT Inalum (Persero).
Sebagai BUMN pengolahan aluminium terbesar di Indonesia, Inalum menjaga kehandalan dan meningkatkan performa industri aluminium nasional dengan menjalin kerjasama dengan Emirates Global Aluminium (EGA) yang merupakan perusahaan industri terbesar di luar sektor migas dari Uni Emirat Arab.
Inalum dan EGA menandatangani perjanjian studi kelayakan terkait pengembangan perluasan brownfield Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
Dilansir dari Antara, Jumat (18/11/2022), penandatanganan ini dilakukan oleh Direktur Utama Inalum, Hendi Prio Santoso dan CEO EGA, Abdulnasser Bin Kalban, pada KTT G20 di Bali, Senin (14/11/2022).
Hendi menyebut bahwa perjanjian ini diharapkan bisa meningkatkan performa Inalum dalam hal-hal peningkatan knowledge dan investasi industri aluminium nasional.
Dengan demikian, Inalum bisa naik level dan menjadi wajah modernitas dalam industri pengolahan aluminium nasional, sekaligus bukti kepada industri global bahwa Inalum mampu memproduksi aluminium yang ramah lingkungan dengan menggunakan energi dari PLTA ramah energi dan berkelanjutan.
Selain itu, kolaborasi strategis ini juga memberikan kesempatan kepada Inalum untuk meningkatkan produksi hingga double capacity.
“EGA adalah mitra pilihan Inalum untuk ekspansi brownfield Kuala Tanjung, berdasarkan efisiensi teknologi peleburan EGA dan pengalaman mentransfernya secara internasional, dan potensi kemitraan perusahaan sebagai investor dan/atau offtaker logam,” ujar Hendi.
“Tahapan strategis berupa studi kelayakan bankable ini menjadi langkah berikutnya sebelum kita memulai konstruksi,” sambungnya.
Dengan rencana ekspansi ini, Inalum diharapkan memiliki tambahan kapasitas lebih dari 400 ribu ton aluminium per tahun.
CEO EGA, Abdulnasser Bin Kalban menyebut jika aksi korporasi perluasan ini berhasil maka Inalum diharapkan memiliki tambahan kapasitas lebih dari 400 ribu ton aluminium per tahun.
Dia mengatakan, investasi potensial dalam perluasan brownfield Kuala Tanjung dan penjualan logam, akan memajukan pertumbuhan dalam aluminium rendah karbon yang akan memungkinkan kehidupan modern di seluruh dunia sekaligus melindungi bumi ini untuk generasi mendatang.
“Perjanjian ini merupakan langkah maju yang penting dalam kerja sama kami dengan Inalum, dan mendekatkan penyebaran teknologi yang dikembangkan UEA di Indonesia, saya berterima kasih kepada Inalum atas kepercayaan mereka yang berkelanjutan pada EGA sejalan dengan kemitraan antara kedua negara kita” kata Abdulnasser Bin Kalban.
Inalum terus melakukan inovasi dengan melakukan inisiatif pengembangan proyek strategis diantaranya Proyek Upgrading Teknologi Tungku Reduksi, Optimalisasi Smelter Aluminium Kuala Tanjung, Proyek
Smelter Grade Alumina Refinery di Mempawah, dan Pembangunan Aluminium Remelt IAA. Sejalan dengan potensi besar pangsa pasar aluminium baik secara domestik dan regional.
“Inalum terus berupaya mewujudkan pengembangan klaster industri aluminium nasional. Selain itu, Inalum juga melakukan kolaborasi dengan PLN dalam rangka menciptakan ketersediaan energi di Sumatera Utara,” kata Hendi.