Jumat 09 Dec 2022 08:38 WIB

WHO: Kasus Malaria Global Meningkat Lebih Lambat pada 2021

Menurut WHO, Afrika tetap menjadi wilayah yang paling terdampak malaria

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Nyamuk Anopheles gambiae, vektor dari parasit malaria, menyedot darah ketika mengigit peneliti  the International Centre for Insect Physiology and Ecology (ICIPE) di Nairobi, Kenya, April 2008. Untuk pertama kalinya, WHO menyetujui penggunaan vaksin malaria MosquirixTM buatan perusahaan farmasi multinasional Inggris, GlaxoSmithKline, untuk anak-anak di Afrika.
Foto: EPA
Nyamuk Anopheles gambiae, vektor dari parasit malaria, menyedot darah ketika mengigit peneliti the International Centre for Insect Physiology and Ecology (ICIPE) di Nairobi, Kenya, April 2008. Untuk pertama kalinya, WHO menyetujui penggunaan vaksin malaria MosquirixTM buatan perusahaan farmasi multinasional Inggris, GlaxoSmithKline, untuk anak-anak di Afrika.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (8/12/2022) menyampaikan kasus malaria di seluruh dunia terus meningkat pada 2021 dari tahun sebelumnya, terutama di Afrika, meskipun pertumbuhannya lebih lambat. Baik kasus malaria maupun kematian akibat penyakit itu tidak meningkat tajam pada 2021 dan tidak seperti pada tahun pertama pandemi virus corona, kata WHO.

Kematian global akibat malaria diperkirakan mencapai 619.000 jiwa pada 2021. Angka itu sedikit turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 625.000 jiwa. Badan kesehatan PBB itu mencatat 247 juta kasus malaria pada 2021 atau naik 2 juta dari 2020 dan 15 juta dari 2019.

Baca Juga

"Kita menghadapi banyak tantangan, tetapi ada banyak alasan untuk berharap," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dikutip dalam siaran pers.

"Ada banyak alasan untuk memimpikan masa depan yang bebas malaria," ujarnya.

Menurut WHO, Afrika tetap menjadi wilayah yang paling terdampak malaria. sekitar 95 persen dari kasus dan kematian akibat malaria tercatat di benua itu pada 2021, dengan sebagian besar anak-anak menderita penyakit tersebut.

Malaria adalah penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk betina yang terinfeksi. WHO memperingatkan efektivitas alat-alat utama pengendalian malaria, seperti kelambu berinsektisida, menurun sehingga menghambat kemajuan lebih lanjut dalam upaya melawan penyakit itu.

Hambatan lainnya adalah perubahan perilaku nyamuk, yang tampaknya menggigit lebih awal sebelum orang tidur, serta peningkatan resistensi parasit terhadap obat yang digunakan untuk mengobati malaria. Menurut WHO, vaksin malaria pertama di dunia akan disalurkan di lebih banyak negara Afrika mulai akhir tahun 2023 dan seterusnya.

Vaksin tersebut telah diuji di Malawi, Ghana, dan Kenya selama tiga tahun terakhir dan direkomendasikan untuk digunakan oleh WHO pada Oktober 2021. "Dikembangkan oleh perusahaan farmasi Inggris GSK, vaksin malaria itu merupakan tambahan yang sangat penting untuk alat yang kita miliki dalam melawan malaria," kata kepala unit informasi Program Malaria Global WHO Abdisalan Noor kepada wartawan.

Sementara dampak dari vaksin akan bergantung pada seberapa luas distribusinya. Noor mengharapkan adanya pengurangan jumlah yang cukup besar dalam kasus malaria parah dan kematian akibat penyakit itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement