Jumat 13 Jan 2023 12:21 WIB

Doa Memilih Pemimpin yang Baik

Sebagai ikhtiar mendapatkan pemimpin yang baik, dianjurkan bagi umat Islam berdoa.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Berdoa (Ilustrasi). Doa Memilih Pemimpin yang Baik
Foto: Republika/Thoudy Badai
Berdoa (Ilustrasi). Doa Memilih Pemimpin yang Baik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada dua elemen penting yang menjadi fondasi panutan dunia sosial umat Islam, yakni ulama dan umaro (para pemimpin). Namun, sebagaimana diketahui, tak semua orang yang menjadi pemimpin adalah pemimpin yang baik.

Untuk itu dalam rangka ikhtiar mendapatkan pemimpin yang baik, dianjurkan bagi umat Islam menghaturkan doa. Meminta kepada Allah agar bangsa, organisasi, atau bahkan pemimpin perusahaan kita merupakan pemimpin-pemimpin yang baik.

Baca Juga

Berikut lafal doa agar dapat memilih pemimpin yang baik berikut artinya.

Doa Memilih Pemimpin yang Baik

"Allahumma innii astakhiiruka bi 'ilmika wa astaqdiruka biqudrikawa as aluka min fadllikal 'ashiimi fa innaka taqdiiru wa laa aqdiru wa ta'lamu wa laa a'lamu wa anta 'allaamul ghuyuubi.

Allahumma fain kunta ta'lamu anna haadzal amra khairun lii fii diinii wa ma'asyii wa 'aaqibati amri faqdurhu lii wa yassirhu lii tsumma baariklii fiihi wa in kunta ta'lamu anna haadzal amra syarrun lii fii diinii wa ma'aasyii wa 'aaqibati amri fash rifnii 'anhu waqdur liyal khaira haitsu kaana tsumma radh-dhinii bih,".

Yang artinya, "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu pilihan yang terbaik bagiku menurut ilmu-Mu.

Aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuasaan-Mu dan aku memohon dengan kekuasaan-Mu dan aku memohon dengan karunia-Mu yang besar karena Engkaulah yang Mahakuasa, sedang aku tidak memiliki kekuasaan apapun.

Engkaulah yang Maha Mengetahui, sedang aku tidak mengetahui sama sekali. Dan, Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib.

Ya Allah, jika memang perkara yang Engkau tentukan ini baik bagiku, dalam urusan agama dan kehidupanku serta akibat urusanku, maka takdirkanlah ia untukku dan mudah-mudahan ia untukku.

Dan, berilah aku berkah dengannya. Namun, jika perkara itu buruk bagiku (karena Engkau Maha Mengetahui) dalam agamaku dan kehidupanku serta dampak urusanku, maka hindarkanlah aku darinya. Takdirkanlah kebaikan untukku dimana saja adanya. Lalu, jadikanlah hatiku meridhainya,".

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement