REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI mengatakan, tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam insiden serangan bom bunuh diri di sebuah masjid di kompleks kepolisian di Peshawar, Pakistan. Sejauh ini jumlah korban tewas dilaporkan telah mencapai sedikitnya 63 jiwa dan korban luka setidaknya 150 orang.
“Tidak ada WNI yang menjadi korban,” kata Juru Bicara Kemlu Teuku Faizasyah saat diwawancara Republika tentang apakah terdapat WNI yang menjadi korban dalam insiden serangan bom bunuh diri di masjid Peshawar, Selasa (31/1/2023).
Terkait insiden tersebut, Kemlu masih belum memberikan respons atau tanggapan. “KBRI (di Pakistan) akan berikan pengamatan dan pernyataan,” ujar Teuku saat ditanya tentang apa sikap Indonesia terkait serangan bom bunuh diri di masjid Peshawar.
Serangan bom bunuh diri di masjid kompleks kepolisian di Peshawar terjadi pada Senin siang, tepatnya ketika pelaksanaan salat Zuhur. Kepolisian mengungkapkan, terdapat antara 300 hingga 400 jamaah di dalam masjid ketika insiden terjadi. Belum diketahui bagaimana pelaku dapat membawa bom ke masjid tersebut.
Hal itu karena kompleks kepolisian tempat masjid berada terletak di zona keamanan tinggi di Peshawar. Di zona itu pun terdapat sejumlah gedung pemerintahan. Kelompok Taliban Pakistan, yakni Tehreek-e-Taliban (TTP) mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di masjid Peshawar.
TTP telah melancarkan pemberontakan di Pakistan selama 15 tahun terakhir. Mereka menghendaki penerapan hukum Islam yang lebih ketat di negara tersebut. Selain itu, TTP menginginkan agar Pakistan mengurangi kehadiran militernya di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, wilayah yang menjadi basis utama TTP.
Pada November 2022, TTP membatalkan gencatan senjata dengan Pemerintah Pakistan yang tercapai pada Juni tahun lalu. Setelah pembatalan itu, TTP memerintahkan para anggotanya untuk melancarkan serangan ke seluruh Pakistan. “Operasi militer sedang berlangsung terhadap mujahidin di berbagai wilayah, jadi sangat penting bagi Anda untuk melakukan serangan di mana pun Anda bisa di seluruh negeri,” kata TTP dalam sebuah pernyataan 28 November 2022 lalu.
TTP menyetujui gencatan senjata dengan pemerintah Pakistan pada Juni 2022. Namun kedua belah pihak telah berulang kali mengklaim bahwa gencatan senjata diabaikan dan telah terjadi banyak bentrokan. Sejak 2010, sebagian besar anggota TTP telah diusir Pakistan ke negara tetangganya, yakni Afghanistan. Tekad dan keberanian mereka tergugah saat Taliban Afghanistan berhasil merebut kembali kekuasaan di negara tersebut pada Agustus 2021. TTP berbeda dengan Taliban Afghanistan. Namun mereka memiliki ideologi yang identik.