Rabu 22 Feb 2023 14:53 WIB

Jokowi Taruh Harapan Besar ke Muhammadiyah Bangun SDM

Jokowi menghadiri acara Muktamar XVIII PP Pemuda Muhammadiyah.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Muhammad Hafil
 Jokowi Taruh Harapan Besar ke Muhammadiyah Bangun SDM. Foto:  Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Foto: Humas Setkab/Jay
Jokowi Taruh Harapan Besar ke Muhammadiyah Bangun SDM. Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri acara Muktamar XVIII PP Pemuda Muhammadiyah tahun 2023 di Balikpapan, Rabu (22/2/2023). Dalam sambutannya, Jokowi menyampaikan harapan besarnya kepada Pemuda Muhammadiyah sebagai organisasi yang besar.

“Saya betul-betul menaruh harapan besar pada muktamar ke-18 Pemuda Muhammadiyah. Ini untuk menghasilkan agenda besar dan langkah-langkah besar. Mengapa? Yang pertama karena Muhammadiyah adalah nama besar, brand besar organsiasi pelopor pembaharuan Islam di Indonesia,” ujar dia.

Baca Juga

Jokowi melanjutkan, jumlah pemuda Indonesia saat ini sangat besar. Struktur demografi Indonesia pun didominasi oleh generasi muda. Pada 2023, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 280 juta dengan jumlah penduduk berusia 15-30 tahun yang mencapai lebih dari 66,3 juta.

Karena itu, ia menekankan pentingnya mengelola dan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) generasi muda sehingga bisa menjadi modal negara untuk maju.

“Oleh sebab itu, ke depan yang namanya pemuda ini sangat sangat penting sekali bagi negara kita. Karena bonus demografi yang kita dapatkan jangan sampai menjadi beban, tetapi mestinya jadi modal kita untuk melompat maju menjadi negara yang adil, makmur, dan berkemajuan. Indonesia maju,” kata Jokowi.

Menurut dia, jika bonus demografi tidak bisa digarap dengan baik, maka justru akan menjadi beban bagi negara. Sebab itu, Jokowi menegaskan pentingnya pembangunan SDM.

Ia kemudian mencontohkan beberapa negara yang bisa melompat menjadi maju seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang, sedangkan beberapa negara lainnya justru tetap menjadi negara berkembang hingga saat ini seperti di Amerika Latin. Menurutnya, hal itu disebabkan karena produk-produk dan inovasi yang dihasilkan oleh SDM di tiap negara tersebut.

“Saya lihat apa sebabnya. Ternyata mereka memiliki barang, memiliki produk yang dihasilkan oleh SDM-SDM mereka yang menyebabkan negara lain tergantung pada dia. Jadi dengan sumber daya alam yang banyak, negara-negara di Amerika Latin tetap terus jadi negara berkembang. Kita tidak mau seperti itu,” jelas dia.

Sebagai negara berkembang, Jokowi ingin Indonesia bisa terus melompat menjadi negara maju seperti Korea Selatan dan juga Taiwan. Taiwan dan Korea Selatan sendiri dinilainya berhasil menjadi negara maju karena bisa menghasilkan produk yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan besar.

“Korsel memiliki yang namanya digital component yang semua membutuhkan itu. Taiwan memproduksi chip yang semua negara besar membutuhkan dan tergantung pada mereka,” kata Jokowi.

Karena itu, Jokowi juga ingin Indonesia memiliki produk yang bisa menciptakan ketergantungan negara lain, seperti EV baterai. Indonesia sendiri memiliki bahan-bahan mentah untuk membangun industri baterai mobil listrik.

Saat ini, lanjutnya, pemerintah juga tengah membangun ekosistem kendaraan listrik dengan melakukan hilirisasi dan menghentikan ekspor mineral mentah.

“Yang nantinya ekosistem ini akan jadi besar, jadi produsen mobil listrik. Karena nikel kita punya, tembaga kita memiliki, timah kita memiliki, semua komponen yang dibutuhkan mobil listrik itu ada di Indonesia,” ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement