REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sistem imun dan usia bisa memengaruhi seseorang berpotensi terkena kanker kelenjar getah bening atau yang dikenal dengan limfoma hodgkin. Sebagian besar kasus dengan limfoma terjadi pada usia muda antara 15 hingga 30 tahun.
"Juga, terdapat pada mereka dengan usia di atas 55 tahun," kata konsultan hematologi dan onkologi medik RSCM Kencana Jakarta Andhika Rachman dalam Webinar World Cancer Day 2023 yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (23/2/2023).
Andhika menjelaskan, alasan banyak kasus limfoma hodgkin ditemukan di usia muda adalah imun yang belum terbentuk secara matang, sehingga akan mudah mengalami perubahan. Jika pada usia tersebut, pasien sudah terkena penyakit autoimun seperti lupus atau HIV/AIDS, gejala yang dirasakan bisa bertransformasi terkena limfoma. Penyebab lainnya adalah dikarenakan mampu mencacatkan (defect) imun tubuh, pasien bisa menderita jenis limfoma yang lebih berat.
Menurutnya, limfoma hodgkin juga bisa terjadi di atas usia 50 tahun atau pada usia dewasa muda. Pada usia tersebut pembentukan imunitas yang lebih matang sedang terjadi. Kondisi bisa semakin parah karena orang itu juga mulai mengalami penuaan.
Sementara untuk pasien dengan jenis kelamin terbanyak, hampir serupa jumlah kasus yang ditemukan antara laki-laki dan perempuan yang mengalami limfoma hodgki. "Penuaan itu tidak hanya dilihat dari usia saja, tetapi akibat dari imunnya yang jelek karena nutrisi yang kurang misalnya, jadi limfoma ini juga diderita oleh orang-orang dengan gizi kurang, misalnya itu akan mulai terjadi perubahan sifat," kata dia.
Andhika mengatakan, tidak hanya usia, sistem imun dan adanya penyakit auto imun yang bisa membuat potensinya semakin memburuk. Adanya sindrom resistensi insulin seperti kolesterol tinggi dan diabetes tinggi pun bisa mempermudah terjadinya limfoma hodgkin yang ganas.
Dalam kesempatan itu, dia mengimbau pada masyarakat untuk memahami gejala dari kanker tersebut. Di antaranya, gejala yang muncul berupa pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha, yang dapat disertai B symptoms.
B symptoms ditandai dengan demam lebih dari 38 derajat Celsius, berkeringat pada malam hari, penurunan bobot badan lebih dari 10 persen dari bobot badan selama enam bulan, gatal-gatal, kelelahan yang luar biasa, dan mengalami intoleransi terhadap alkohol. Saat ini terdapat lima jenis pengobatan limfoma hodgkin berdasarkan tata laksana dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), yakni kemoterapi, terapi target, radioterapi, transplantasi sumsum tulang, dan imunoterapi. Sebanyak 20 persen pasien yang sudah pernah mendapatkan pengobatan lini pertama, masih memiliki kemungkinan kambuh.
Para pasien kambuh ini membutuhkan pengobatan lini kedua yang sesuai untuk kondisi mereka, akan tetapi akses terhadap obat-obatan inovatif yang mereka butuhkan masih terbatas, dan tingkat keterjangkauan juga masih rendah. "Baru-baru ini pengobatan inovatif terapi target akan segera masuk ke dalam skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dimana akan lebih banyak pasien yang akan mendapatkan akses terhadap obat-obatan yang dibutuhkan, terutama untuk para pasien yang memiliki kekambuhan," ujarnya.