Kamis 09 Mar 2023 16:10 WIB

Nasib PLTSa Masih tak Ada Kejelasan

PLTSa untuk mengatasi volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sarimukti.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agus Yulianto
Kepala DLHK Kota Bandung Dudy Prayudi.
Foto: istimewa
Kepala DLHK Kota Bandung Dudy Prayudi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Satu dekade telah berlalu, namun kejelasan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang rencananya akan dibangun di kawasan Gedebage, masih belum membuahkan titik kerang. Pembangunan PLTSa yang ditujukan sebagai solusi untuk mengatasi volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sarimukti yang semakin tak terbendung ini dikabarkan mash dalam tahap pengkajian ulang. 

Saat ini , kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung Dudy Prayudi, sedang dalam proses koordinasi dengan Menkomarves (Kementerian Koodinator Bidang Kemaritiman dan Investasi), dikomandoi oleh Bapelitbang. "Ini untuk melihat kira-kira aspek yudiris dan hukum juga aspek lainnya itu sesuai dengan regulasi yang ada, karena memang sejak 2013 hingga sekarang banyak aturan yang berubah,” kata dia di Balai Kota Bandung, Rabu (8/3/2023). 

 

photo
Penumpukan sampah akibat akses jalan menuju tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti yang licin dan berlumpur sehingga menyebabkan operasional truk pengangkut sampah di kawasan Bandung Raya terganggu serta mengalami keterlambatan. (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

 

Dia mengatakan, hingga saat ini, PT BRIL (Bandung Raya Indah Lestasi), sedang melakukan perhitungan dan pengkajian kembali, mengingat selama satu dekade terakhir, telah banyak aturan yang berubah. Untuk memastikannya, diperlukan koordinasi mendalam dengan Menkomarves, sambungnya. 

“Ya...memang kalau melihat kondisi sekarang maka perlu di update. Contohnya dari sisi biaya, itu kan biaya 2013 dengan sekarang pasti berbeda. Jadi perlu ada update,” sambung Dudy.

Saat ditanya mengenai kondisi TPA Sarimukti yang saat ini semakin mengkhawatirkan, Dudy menegaskan, bahwa selain menunggu kepastian, Pemerintah Kota Bandung juga terus mengupayakan pengurangan sampah dari sumber. Salah satunya, melalui program Kang Pisman dan pengubahan fungsi tempat pembuangan sementara menjadi tempat pengolahan sampah. 

“Kita masih menggunakan TPA Sarimukti karena Legok Nangka belum bisa digunakan. Kita jalankan dengan Kang Pisman. Sudah tersebar di 180 kawasan bebas sampah. Kalau dari sisi jumlah memang belum menyesuaikan, setidaknya mengurangi," ungkapnya. 

Adapun sejumlah teknik pengolahan sampah yang sudah dilakukan, antara lain melalui kompos, magotisasi, biodigester, dan RDF (refuse-derived fuel). Tahun ini, Pemkot Bandung akan kembali membuka tiga tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) yang mengandalkan sistem pengolahan RDF. 

“Kalau diakumulasikan tiga tadi mencapai 100 ton sampah per hari. Jadi dengan upaya kita mengubah tempat pembuangan sampah menjadi tempat pengolahan sampah, setidaknya bisa mengurangi volume sampah,” kata Dudy. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement