Rabu 12 Apr 2023 15:10 WIB

Dampak Negatif Hubungan Seks Dini, Jangan Anggap Sepele

Berhubungan seks pada usia muda dikaitkan dengan berbagai dampak negatif.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Hubungan seksual pada usia dini (ilustrasi). Berhubungan seks untuk pertama kalinya pada usia muda dikaitkan dengan berbagai dampak negatif.
Foto: www.freepik.com
Hubungan seksual pada usia dini (ilustrasi). Berhubungan seks untuk pertama kalinya pada usia muda dikaitkan dengan berbagai dampak negatif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baru-baru ini hakim persidangan kasus Mario Dandy mengungkapkan bahwa tersangka penganiayaan David Ozora itu telah melakukan hubungan seksual dengan kekasihnya, AG. AG diketahui masih berusia 15 tahun dan Mario 20 tahun.

Ditinjau dari studi yang sudah ada, berhubungan seks usia dini dapat menimbulkan konsekuensi negatif. Menurut tinjauan medis oleh Akilah Reynolds dan Jared C Pistoia, dikutip dari laman Psychcentral pada Rabu (12/4/2023), wajar jika anak-anak dan remaja ingin mengetahui tubuh mereka sendiri dan tubuh orang lain.

Baca Juga

Saat pubertas, aliran hormon seks dapat meningkatkan dorongan untuk mengeksplorasi dan bereksperimen. Masa remaja terjadi antara usia 10 dan 19 tahun dan merupakan periode perkembangan penting yang memengaruhi kesehatan pada kemudian hari. Diketahui bahwa paparan seks selama periode ini, terutama sebelum usia 16 tahun, dapat menimbulkan konsekuensi negatif.

Memahami konsekuensi ini dapat membantu membentuk cara orang tua mendekati subjek dengan anak-anak dan ada langkah-langkah yang dapat diambil di rumah untuk mencegah paparan seks dini.

Apa kerugian berhubungan seks di usia dini?

Berhubungan seks untuk pertama kalinya pada usia muda dikaitkan dengan berbagai hasil negatif. Sebuah studi pada 2017 meneliti lebih lanjut keterkaitan tersebut untuk menentukan paparan dini benar-benar menyebabkan hasil negatif.

Paparan dini didefinisikan sebagai berhubungan seks pada usia 14 tahun atau lebih muda. Untuk kelompok studi muda ini, para peneliti menemukan bahwa seks dini dikaitkan dengan kemungkinan dua atau tiga kali lebih besar untuk:

-Memiliki dua atau lebih pasangan seksual dalam satu tahun terakhir

-Mengalami infeksi menular seksual (IMS) dalam satu tahun terakhir

-Mengalami gejala depresi dalam sepekan terakhir

-Efek negatif lebih banyak dialami oleh peserta wanita, yang tampaknya menjadi tren di seluruh penelitian yang meneliti inisiasi seks dini.

Sebuah studi pada 2017 menemukan bahwa wanita yang memulai hubungan seks pada usia 16 tahun atau lebih muda lebih mungkin mengalami episode depresi berat pada masa dewasa muda. Namun, tren tersebut tidak diamati pada laki-laki.

Penelitian tambahan yang meneliti berbagai efek seks dini pada hasil kesehatan pada kemudian hari menunjukkan tren sebagai berikut:

-Wanita yang mulai berhubungan seks sebelum usia 16 tahun lebih mungkin untuk bercerai

-Permulaan hubungan seksual sebelum usia 14 tahun dikaitkan dengan perilaku berisiko tinggi dan kekerasan dalam pacaran pada laki-laki

-Penyalahgunaan ganja lebih mungkin terjadi dengan paparan dini terhadap seks

-Penyebab tambahan yang perlu dikhawatirkan di kalangan remaja putri adalah meningkatnya risiko kehamilan yang tidak direncanakan.

Apa saja jenis paparan seksual dini?

Paparan seks bisa diperoleh melalui beragam media seperti pornografi internet, televisi dan film. Kemudian pesan teks yang menjurus ke arah seksual atau sexting cyberbullying seksual atau sextortion melalui aplikasi smartphone atau video game. Selain itu juga bisa terkait rekaman suara.

Paparan dini terhadap perilaku seksual juga dapat terjadi secara langsung selama masa kanak-kanak sebagai bagian alami dari perkembangan. Menurut American Academy of Pediatrics, bermasalah atau tidaknya tergantung pada tingkat dan frekuensi perilaku tersebut terjadi.

Perilaku masa kecil yang penasaran secara seksual meliputi masturbasi atau menyentuh alat kelamin di depan umum atau pribadi dan menunjukkan atau terpapar alat kelamin orang lain. Bisa juga dengan mencoba melihat orang dewasa atau teman sebaya telanjang. Perilaku tersebut umumnya dianggap sehat kecuali mereka sering mengganggu orang lain, mengakibatkan tekanan emosional atau rasa sakit fisik, melibatkan kekuatan sebagai upaya untuk meniru hubungan seksual.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement