REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Jathilan atau bisa disebut kuda lumping merupakan salah satu kesenian yang berasal dari tanah Jawa. Menggunakan properti kuda tiruan dalam penampilannya, jathilan merupakan salah satu kesenian yang cukup unik di Indonesia.
Meski pada umumnya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, namun dalam beberapa penampilan, kuda lumping juga menyuguhkan sejumlah atraksi bernuansa magis.
Berbagai upaya terus dilakukan agar seni ini tidak punah ditelan zaman yang serba modern. Salah satunya, seperti dilansir dari Antara, Rabu (17/5/2023), dilakukanoleh kelompok Ganjar Milenial Center (GMC) Yogyakarta.
Pementasan kesenian Jathilan digelar oleh relawan beranggotakan para milenial di Yogyakarta ini, di Desa Kanigoro, Kecamatan Satposari, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
Koordinator Wilayah GMC Yogyakarta, Roni Romadhoni mengatakan relawan GMC Yogyakarta menggandeng sejumlah paguyuban jathilan yang ada di Gunung Kidul untuk menghelat kegiatan ini.
"Kegiatan ini kami lakukan untuk melestarikan budaya, karena Yogyakarta sendiri terkenal dengan seni," kata Roni.
Bagi relawan GMC, pelestarian kesenian tradisional menjadi sangat penting dilakukan karena saat ini Indonesia banyak mengalami gempuran budaya asing yang menggerus nilai-nilai budaya lokal.
Mendapat antusiasme luar biasa oleh warga sekitar, ratusan warga dari berbagai kalangan usia tumpah ruah menyaksikan acara tersebut.
"Masyarakat di sini sangat antusias, mulai dari Gunung Kidul. Dari yang berasal dari daerah selatan sampai di Gunung Kidul yang ada di daerah utara," ujarnya.
Menanggapi tingginya antusiasme warga, relawan ini berkomitmen untuk kembali mengadakan pentas jathilan di Kabupaten Gunung Kidul. Namun, Roni menyebut ke depannya akan digelar dalam bentuk perlombaan.
"Kami juga mendapat laporan bahwa jathilan ini sudah tidak pernah diadakan semenjak pasca Covid-19. Ini jadi awal diselenggarakannya jathilan oleh GMC Yogyakarta. Di Gunung Kidul ini sangat banyak komunitas jathilan, mungkin nanti pasca acara selesai, kita bisa melakukan perlombaan (jathilan)," ujar Roni.
Lewat pentas jathilan ini, para relawan juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bisa memilih pemimpin yang memiliki perhatian tinggi pada budaya.