REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrian Fachri, Fergi Nadira B, Dessy Suciati Saputri
Pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah merusak demokrasi dengan terang-terangan ikut cawe-cawe politik jelang Pilpres 2024. Menurut Najmuddin, sebagai seorang presiden yang merupakan kepala pemerintahan, Jokowi haruslah netral dan memastikan penyelenggaraan pemilu berjalan damai.
"Keputusan Jokowi untuk melakukan cawe-cawe dalam penyelenggaraan pesta demokrasi bisa berdampak negatif pada iklim demokrasi. Pak Jokowi nggak usah khawatir terhadap pelaksanaan Pilpres. Kita sudah membentuk lembaga penyelenggara KPU, lembaga pengawas Bawaslu dan peradilan pemilu DKPP yang akan melaksanakan helat demokrasi," kata Najmuddin, Selasa (30/5/2023).
Najmuddin menduga ada semacam ketakutan Jokowi pada purnatugas Presiden. Menurut dia, bisa saja ketakutan tidak berlanjutnya pembangunan proyek-proyek strategis yang ia lakukan selama memerintah, seperti IKN, KCJB, bandara, dan lain-lain.
Kemudian, bila Jokowi melakukan cawe-cawe terhadap bakal calon presiden (capres) tertentu, menurut Najmuddin, itu berarti Jokowi menolak kandidat presiden lainnya. "Pak Jokowi mesti paham warga negara sudah mengerti konstitusi dan regulasi lainnya dalam ketatanegaraan," ucap Najmuddin.
Adapun, Pendiri Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), Hendri Satrio menilai langkah Presiden Jokowi ikut campur jelang Pemilu dan Pilpres 2024 atau cawe-cawe adalah karena rasa penasaran. Menurut dia, ada maksud lain Presiden Jokowi dengan terbuka soal cawe-cawe tersebut.
"Pak Jokowi nih mau cawe-cawe katanya, ngeri ya. Penyelenggara negara mau cawe-cawe di Pemilu Pilpres. Kenapa dia sampai terbuka mau cawe-cawe. Padahal kalau nggak ngomong juga nggak apa-apa," katanya dalam video TikTok yang dia unggah di akun Twitter @satriohendri, dikutip Republika dalam konfirmasi Hendri pada Selasa (30/5/2023).
Menurut Hendri, langkah cawe-cawe terbuka oleh Jokowi adalah karena merasa penasaran mengingat Pilgub DKI Jakarta. Jokowi, kata dia, ingin melihat 'jagoannya' menang kali ini, tak seperti saat dia yang tak secara terbuka mendukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat Pilgub 2017.
"Kalau menurut saya, dia ini penasaran saja mau tanding ulang melawan Anies Baswedan. Dia penasaran kok jagoan saya bisa kalah ya lawan Anies di Pilgub Jakarta," kata Hendri.
Hendri menduga, Presiden Jokowi mungkin menyadari kesalahannya karena tidak secara terbuka dalam mendukung Ahok. Pada kesempatan ini, menurut Hendri, terlihat sikap Jokowi yang berkeinginan mendukung jagoannya.
"Walaupun saya nggak tahu, ya dia dukung Ganjar Pranowo, atau tegak lurus dengan Ibu Megawati atau bahkan dia dukung Pak Prabowo gitu jagoannya dia sendiri," kata Hendri.
Oleh karena itu, Hendri mendesak agar Anies Baswedan hadir dalam perhelatan Pilpres 2024 sehingga rasa penasaran Jokowi tersebut terobat. Dia meminta seluruh masyarakat harus mendukung Nasdem, PKS, dan Demokrat agar Anies menjadi kontestan di Pemilu 2024.
"Tapi Anies ini harus hadir harus jadi kontestan harus jadi peserta supaya mimpinya Pak Jokowi ini rasa penasarannya terobati. Gimana mau tanding ulang kalau Aniesnya nggak ada," kata Hendri.
"Makanya kita rakyat nih harus dukung Nasdem, Demokrat, PKS supaya Anies jadi kontestan dulu di Pemilu 2024. Lagian kita sebagai rakyat untuk urusan bangsa dan negara kemjuan Indonesia juga mesti ikutan cawe-cawe ya nggak," kata Hendri mengakhiri video berdurasi lebih dari 1 menit tersebut.