Peningkatan kemampuan pertahanan Ukraina, jelas dia, akan menjadi perangkat baru untuk lepas dari pendudukan dan membawa lebih dekat perdamaian bagi warga Ukraina. Meski demikian, tak semua memberikan dukungan.
Sekjen NATO Jens Stoltenberg, pada hari yang sama menegaskan, aliansi pertahanan yang dipimpinnya tak mengambil posisi dalam persoalan bom tandan ini. ‘’Jadi, ini keputusan individu dari anggota aliansi kami,’’ katanya di Brussels, Belgia.
Sikap lebih tegas disampaikan Jerman, yang menentang pengiriman bom tandan ke Ukraina. Juru bicara Pemerintah Jerman, Steffen Hebestreit menyatakan, AS sebagai sekutu Jerman sebaiknya tak dengan mudah memutuskan memasok senjata semacam itu.
Sekali lagi, kata dia, perlu diingat Rusia telah menggunakan bom tandan dalam skala besar, dalam agresi terhadap Ukraina.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menyatakan, negaranya merupakan salah satu dari 111 negara penandatangan Convention on Cluster Munitions (CCM), yang melarang penggunaan bom kluster. Sedangkan AS bukan merupakan penandatangan.
Ditanya mengenai pernyataan pejabat AS yang ingin mengirimkan bom kluster ke Ukraina, Baerbock yang hadir dalam konferensi iklim di Wina, Austria, menyatakan,’’Saya mengikuti berita di media. Bagi kami, sebagai penandatangan, kami menerapkan kesepakatan Oslo.’’