REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kejahatan korupsi banyak terjadi di Indonesia. Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat ada sebanyak 579 tindak pidana korupsi ditindak sepanjang tahun 2022. Angka itu meningkat 8,63 persen bila dibandingkan pada tahun 2021 yang angkanya mencapai 533 kasus.
Laporan Transparency Internasional tahun 2023 menunjukkan, indeks persepsi korupsi (IPK) Indonesia tercatat sebesar 34 poin dari skala 0-100 pada 2022. Angka ini menurun 4 poin dari tahun sebelumnya.
Penurunan IPK ini turut menjatuhkan urutan IPK Indonesia secara global. Tercatat, IPK Indonesia pada 2022 menempati peringkat ke-110. Pada tahun sebelumnya, IPK Indonesia berada di peringkat ke-96 secara global.
Menurunnya IPK Indonesia mengindikasikan persepsi publik terhadap korupsi di jabatan publik dan politis di tanah air memburuk sepanjang tahun lalu.
Guru Besar Sosiologi Agama Institut Ibrahimi Prof Mohammad Baharun menjelaskan kasus korupsi di Indonesia menjadi pekerjaan rumah berbagai pihak. Pencegahannya membutuhkan kerja strategis berbagai pihak dan instansi di negeri ini.
Individu sudah pasti harus terlibat. Tapi itu pun tak cukup, instansi dan berbagai lembaga harus lebih berperan untuk memberantas korupsi. Bagaimana caranya?
Prof Baharun mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim. Suatu ketika Malaikat Jibril menyamar dalam bentuk seorang lelaki mendatangi Nabi Muhammad untuk menguji dan menanyakan apa itu ihsan. Tingkatan Ihsan berada setelah Islam dan Iman.
Nabi Muhammad mengetahui lelaki itu adalah Malaikat Jibril. Kemudian menjawab pertanyaan itu sebagai berikut:
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.
Baharun menjelaskan, Ihsan merupakan bentuk mengamalkan ajaran islam yang diimani dengan sungguh-sungguh, dalam keseharian.
“Kita berada dimanapun dan kapanpun selalu merasa dilihat Allah meskipun mata lahir kita tidak melihat-Nya,” kata putra Ustaz Hasan bin Muhammad Baharun tersebut.
Maksudnya adalah, seseorang yang berihsan akan selalu merasa diawasi Allah. Dengan merasa diawasi Allah setiap saat dan di mana saja, maka seseorang akan takut untuk melakukan korupsi. Bahkan tidak sempat melakukan korupsi, karena selalu dirinya selalu disibukkan dengan perasaan dan kesungguhan untuk selalu dilihat Allah.
“Ihsan ini adalah kunci untuk memberantas korupsi di Indonesia. kita sungguh sungguh berislam, beriman, dan berislam, maka insya Allah angka korupsi akan berkurang. Negara akan semakin kuat dan kepercayaan publik akan semakin meningkat,” kata Prof Baharun.
Hal itu disampaikan Prof Baharun dalam pengajian bulanan di kediamannya di Jakarta. Pengajian ini dihadiri puluhan hingga ratusan orang yang menekuni berbagai profesi.
Pengajian ini dimulai dengan zikir dan doa. Kemudian dilanjutkan dengan ceramah agama yang disampaikan Prof Baharun.