Sabtu 19 Aug 2023 21:59 WIB

Lucy Letby, Perawat Inggris yang Bunuh Tujuh Bayi Baru Lahir

Letby meracuni beberapa bayi yang menjadi korbannya dengan menyuntikkan insulin.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
 Sketsa yang dibuat oleh seniman pengadilan Elizabeth Cook memperlihatkan Lucy Letby muncul di Manchester Crown Court, di Manchester, Inggris, Senin 10 Oktober 2022. Perawat berusia 32 tahun itu telah didakwa dengan pembunuhan dalam kematian lima bayi laki-laki dan dua perempuan , dan percobaan pembunuhan terhadap lima bayi laki-laki dan lima bayi perempuan, saat dia bekerja di Countess of Chester Hospital di Inggris antara 2015 hingga 2016
Foto: (Elizabeth Cook/PA via AP
Sketsa yang dibuat oleh seniman pengadilan Elizabeth Cook memperlihatkan Lucy Letby muncul di Manchester Crown Court, di Manchester, Inggris, Senin 10 Oktober 2022. Perawat berusia 32 tahun itu telah didakwa dengan pembunuhan dalam kematian lima bayi laki-laki dan dua perempuan , dan percobaan pembunuhan terhadap lima bayi laki-laki dan lima bayi perempuan, saat dia bekerja di Countess of Chester Hospital di Inggris antara 2015 hingga 2016

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Seorang perawat Inggris dinyatakan bersalah pada Jumat (18/8/2023). Lucy Letby membunuh tujuh bayi yang baru lahir dan mencoba membunuh enam bayi lainnya di unit neonatal sebuah rumah sakit di barat laut Inggris tempatnya bekerja.

Perempuan berusia 33 tahun ini dihukum karena membunuh lima bayi laki-laki dan dua bayi perempuan di rumah sakit Countess of Chester. Dia juga menyerang bayi baru lahir lainnya, seringkali saat bekerja shift malam, pada 2015 hingga 2016.

Baca Juga

Putusan pengadilan itu menyusul persidangan 10 bulan yang mengerikan di Pengadilan Mahkota Manchester. Putusan ini membuat Letby sebagai pembunuh anak berantai paling produktif dalam sejarah modern Inggris.

Letby dinyatakan tidak bersalah atas dua percobaan pembunuhan, sementara juri yang menghabiskan 110 jam untuk berunding tidak dapat menyepakati enam dugaan serangan lainnya. "Kami patah hati, hancur, marah dan merasa mati rasa, kami mungkin tidak pernah benar-benar tahu mengapa ini terjadi," kata keluarga korban Letby dalam sebuah pernyataan.

Jaksa memberi tahu juri bahwa Letby meracuni beberapa bayi yang menjadi korbannya dengan menyuntikkan insulin. Sementara yang lain disuntik dengan udara atau pemberian susu secara paksa, terkadang melibatkan beberapa serangan sebelum akhirnya meninggal.

"Saya sengaja membunuh mereka karena saya tidak cukup baik untuk merawat mereka," kata sebuah catatan tulisan tangan yang ditemukan oleh petugas polisi yang menggeledah rumah Letby setelah dia ditangkap.

"Saya orang jahat yang mengerikan. AKU JAHAT, AKU MELAKUKAN INI," ujarnya.

Beberapa dari korban yang diserang adalah saudara kembar. Dalam satu kasus, Letby membunuh sepasang saudara kandung, dalam dua kasus lain, dia membunuh satu tetapi gagal dalam upayanya untuk membunuh yang lain. Korban termuda baru berumur satu hari.

Letby akan dijatuhi hukuman pada Senin (21/8/2023) dan menghadapi hukuman penjara yang panjang, mungkin hukuman seumur hidup yang jarang terjadi. Tindakannya terungkap ketika dokter senior mengkhawatirkan jumlah kematian yang tidak dapat dijelaskan dan kondisi pingsan di unit neonatal, tempat bayi prematur atau sakit dirawat. Periode ini berjalan selama 18 bulan sejak Januari 2015.

Dengan dokter tidak dapat menemukan alasan medis, polisi dipanggil. Setelah penyelidikan yang panjang, menurut keterangan jaksa Nick Johnson, Letby yang telah terlibat dalam perawatan bayi ditunjuk sebagai kehadiran jahat yang terus-menerus ketika keadaan memburuk.

Selama berbulan-bulan menemukan bukti yang kuat amat menulitkan, persidangan menyatakan dia adalah pembunuh yang gigih. Terlebih lagi gambaran Letby di media sosial menggambarkan seorang perempuan yang bahagia dan tersenyum dengan kehidupan sosial yang sibuk. Pada salah satu foto yang diunggah, dia terlihat sedang menggendong bayi.

Juri diberi tahu, bahwa Letby pernah telah mencoba empat kali untuk membunuh seorang bayi perempuan sebelum dia akhirnya berhasil. Ketika ibu korban yang lain memprotes saat dia melakukan tindakan yang keliru, Letby berkata: "Percayalah, saya seorang perawat".

Detektif menemukan dokumen dan catatan medis yang merujuk pada anak-anak yang terlibat dalam kasus tersebut saat mengeledah rumah Letby usai penangkapan. Dia juga melakukan pencarian media sosial untuk orang tua dan keluarga bayi yang terbunuh.

Letby mengaku tidak pernah mencoba menyakiti bayi-bayi itu dan hanya ingin merawatnya saja. Dia justru menyalahkan staf lain yang tidak aman di bangsal dan kondisinya yang kotor.

Menurut Letby, empat dokter telah bersekongkol untuk menyalahkannya atas kegagalan unit tersebut. Dia menulis pesan "Saya jahat" karena dia merasa kewalahan.

Tapi jaksa penuntutan mengatakan, perawat itu adalah seorang pembohong yang dingin, kejam, penuh perhitungan. Dia telah berulang kali mengubah akunnya tentang peristiwa dan catatannya harus diperlakukan sebagai pengakuan.

Detektif mengatakan, tidak menemukan hal yang aneh tentang kehidupan Letby dan tidak dapat menentukan motif apa pun. "Sayangnya, saya rasa kita tidak akan pernah tahu kecuali dia memilih untuk memberi tahu kita," kata Inspektur Detektif Paul Hughes yang memimpin penyelidikan.

Seorang dokter senior di unit neonatal Stephen Brearey mengatakan kepada BBC, bahwa bos rumah sakit telah gagal menyelidiki tuduhan terhadap Letby. Mereka gagal menindaklanjuti kekhawatirannya dan rekan-rekannya.

"Staf kami sangat terpukul dengan apa yang telah terjadi, dan kami berkomitmen untuk memastikan bahwa pelajaran terus dipelajari," kata direktur medis di Countess of Chester Hospital NHS Foundation Trust Nigel Scawn.

Pemerintah Inggris mengatakan, telah memerintahkan penyelidikan independen. Tindakan ini akan mencakup kekhawatiran yang diajukan oleh dokter. Polisi sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut selama Letby bekerja sebagai perawat di rumah sakit dan di rumah sakit lain di Liverpool tempat dia dilatih, untuk mengidentifikasi jika ada korban lagi. 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement