REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU — Saat musim kemarau, pasokan air dari saluran irigasi penting untuk area persawahan di wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pengaturan dilakukan dengan harapan area persawahan yang didukung saluran irigasi mendapat jatah pasokan air.
Bupati Indramayu Nina Agustina meminta sistem gilir giring air untuk area persawahan dipastikan berjalan. Jangan sampai ada “mafia air” yang memainkan penyaluran air dari saluran irigasi. “Jika di lapangan ditemukan mafia air, segera melapor ke pihak berwajib,” kata Bupati.
Menurut Bupati, saat musim kemarau, terlebih menghadapi dampak fenomena iklim El Nino, manajemen pengelolaan air untuk lahan pertanian mesti ditingkatkan, dengan melibatkan lintas sektoral. Terkait hal itu, para camat di Kabupaten Indramayu mesti “ngantor” di pintu-pintu air wilayah masing-masing.
Para camat diminta memastikan pasokan air dari irigasi masuk ke area persawahan yang ada di wilayahnya. Para camat diinstruksikan langsung mendatangi pintu-pintu air. Beberapa camat bahkan harus bermalam di pintu air berbaur bersama aparat lainnya dan masyarakat.
Menjalankan arahan bupati, Camat Anjatan, Rory Firmansyah, dan Pelaksana Tugas (Plt) Camat Sukra, Mulya Setiawan, misalnya, harus mendatangi langsung pintu air Salam Darma, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Subang.
Camat Krangkeng, Suminta, dan Camat Kedokanbunder, Atang Suwandi, harus mendatangi langsung pintu air Kali Kapur, yang menjadi pintu pembagi irigasi di timur Indramayu.
Adapun Camat Cantigi, Winaryo, mesti memantau sampai ke wilayah Lohbener untuk memastikan air bisa masuk ke wilayah Cantigi. Sedangkan Camat Sindang, Suyitno, langsung memonitor air irigasi yang masuk ke sawah-sawah petani di wilayahnya.