Selasa 05 Sep 2023 20:32 WIB

Begini Aksi Cepat India Kirim Misi Menuju Matahari

Perjalanan ini diprediksi akan membutuhkan waktu sekitar empat bulan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Natalia Endah Hapsari
Sepekan setelah sukses mendaratkan Chandrayaan-3 di bulan, India kembali meluncurkan roket untuk membawa Aditya-L1 ke luar angkasa.
Foto: Indian Space Research Organization via AP
Sepekan setelah sukses mendaratkan Chandrayaan-3 di bulan, India kembali meluncurkan roket untuk membawa Aditya-L1 ke luar angkasa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Sepekan setelah sukses mendaratkan Chandrayaan-3 di bulan, India kembali meluncurkan roket untuk membawa Aditya-L1 ke luar angkasa. Aditya-L1 akan menjadi pesawat luar angkasa pertama dari India yang didedikasikan untuk mengobservasi matahari.

Pesawat luar angkasa Aditya-L1 akan melakukan perjalanan sejauh 930.000 mil atau sekitar 1,5 juta kilometer untuk mencapai L1 Lagrange Point. Perjalanan ini diprediksi akan membutuhkan waktu sekitar empat bulan.

Baca Juga

L1 Lagrange Point merupakan area yang berlokasi di antara matahari dan bumi. Area ini merupakan lokasi terbentuknya equilibrium atau kestabilan di antara matahari dan bumi, yang memungkinkan beragam objek angkasa untuk diam di tempat. Dengan memanfaatkan equilibrium ini, Aditya-L1 bisa menghemat bahan bakar selama mengorbit dan mengumpulkan data mengenai matahari. Para ilmuwan berharap data-data dari Aditya-L1 dapat membantu mereka  memahami alasan yang membuat korona matahari lebih panas dibandingkan permukaan matahari.

Melalui misi observasi matahari ini, para ilmuwan juga berharap bisa memperoleh informasi mengenai cara radiasi matahari serta fenomena matahari lainnya mempengaruhi sistem komunikasi dan satelit. Dengan memahami mekanisme ini, perusahaan-perusahaan serta badan-badan antariksa bisa mengembangkan solusi yang lebih baik untuk melindungi beragam satelit di orbit.

Sebagai contoh, bila ilmuwan dapat memprediksi lontaran massa korona dari matahari, mereka bisa memberikan peringatan kepada operator-operator satelit. Dengan begitu, para operator dapat menonaktifkan daya satelit mereka sebelum fenomena lontaran massa korona terjadi.

Tak hanya itu, ilmuwan berharap misi Aditya-L1 dapat memberikan kejelasan mengenai perilaku angin matahari. Melalui misi ini, para ilmuwan juga ingin mengetahui bagaimana aktivitas matahari bisa mempengaruhi iklim di bumi dalam jangka panjang.

"Kami memastikan bahwa kami akan memperoleh serangkaian data unik yang saat ini belum tersedia dari misi luar angkasa mana pun," ungkap kepala ilmuwan untuk misi Aditya-L1, Sankar Subramanian, seperti dilansir Engadget pada Selasa (5/9).

Subramanian juga optimistis bahwa misi observasi matahari pertama dari India ini akan memberikan pemahaman lebih jauh mengenai matahari beserta dinamikanya. Tak terkecuali, lanjut Subramanian, data mengenai dinamika yang terjadi di dalam heliosfer matahari. "Yang merupakan elemen penting bagi teknologi masa kini, dan juga aspek-aspek cuaca antariksa," ujar Subramanian.

Saat ini, India telah mengembangkan sejumlah misi luar angkasa yang akan diluncurkan dalam beberapa tahun ke depan. India juga bekerjasama dengan Jepang untuk meluncurkan lander dan rover tanpa awak yang akan mengeksplorasi area kutub selatan bulan pada 2025.

Tak hanya itu, India turut berencana untuk meluncurkan orbiter yang akan mengobservasi Mars serta Venus. Misi ini akan diluncurkan pada 2024.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement