Kamis 14 Sep 2023 08:10 WIB

Mau Berburu Alien, NASA Malah Temukan Planet Ini

Para ilmuwan mengungkap kehadiran Super Earth yang bisa mendukung kehidupan.

Rep: Santi Sopia/ Red: Natalia Endah Hapsari
 K2-18 b, yang berukuran delapan kali lipat Bumi dan berjarak 120 tahun cahaya dari kita, berada dalam zona layak huni bintang katai di konstelasi Leo. /ilustrasi
Foto: EPA-EFE/ESO/L. Calcada
K2-18 b, yang berukuran delapan kali lipat Bumi dan berjarak 120 tahun cahaya dari kita, berada dalam zona layak huni bintang katai di konstelasi Leo. /ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Para ilmuwan telah membuat penemuan menarik yang berpotensi menjadi terobosan dalam pencarian kehidupan makhluk luar angkasa alias alien. Mereka telah mendeteksi tanda-tanda gas yang hanya dihasilkan oleh organisme hidup di planet air yang jauh. K2-18 b, yang berukuran delapan kali lipat Bumi dan berjarak 120 tahun cahaya dari kita, berada dalam zona layak huni bintang katai di konstelasi Leo. 

Super Earth mungkin memiliki kondisi yang tepat untuk mendukung kehidupan K2-18b. Ini dianggap sebagai planet ekstrasurya kelas baru dengan bahan utama kehidupan alien Bumi berukuran delapan kali lebih besar dari Bumi dan berjarak 120 tahun cahaya dari bumi. 

Baca Juga

Planet ini dianggap sebagai dunia 'Hycean', kelas planet ekstrasurya yang relatif baru dan memiliki bahan utama untuk spesies asing karena atmosfernya kaya hidrogen dan lautan air. Namun kehadiran sesuatu yang lain, membuat para astronom semakin bersemangat. Sebuah gas yang 'secara unik terasosiasi dengan kehidupan' ketika ditemukan di Bumi telah ditemukan di atmosfer K2-18 b, yang dikenal sebagai 'Bumi super'. Sebab ukurannya lebih besar dari planet bumi, tapi lebih kecil dari Neptunus. 

Senyawa dimetil sulfida (DMS), sebuah molekul kompleks yang terdiri atas atom karbon, hidrogen, dan belerang, terdeteksi bersama dua gas pembawa karbon, membuat para peneliti merasakan 'campuran keterkejutan, kegembiraan, dan ketidakpercayaan'. “Di Bumi, hal ini hanya dihasilkan oleh kehidupan,” demikian pernyataan NASA. 

Sebagian besar DMS di atmosfer bumi dihasilkan dari fitoplankton di lingkungan laut. Meskipun ada kegembiraan, para ilmuwan menekankan bahwa diperlukan lebih banyak pengamatan dengan Teleskop Luar Angkasa James Webb untuk mengkonfirmasi keberadaan DMS. 

Jika penemuan ini divalidasi, K2-18b akan menjadi salah satu planet yang paling mungkin menjadi tempat kehidupan alien, selain Mars dan bulan-bulan es Jupiter dan Saturnus di tata surya. Bumi super juga ditemukan memiliki sejumlah besar karbon dioksida dan metana di atmosfernya. Ini berarti keberadaannya menunjukkan bahwa bumi tersebut layak huni atau bahkan mungkin sudah dihuni. 

Hal ini tentu saja menunjukkan bahwa K2-18b adalah dunia 'Hycean', tetapi karena kedua gas tersebut dapat diproduksi melalui proses anorganik, maka tidak memberikan bukti adanya kehidupan di luar bumi. Penulis utama penelitian ini, Nikku Madhusudhan, mengatakan bahwa prospek keberadaan DMS di planet ekstrasurya yang jauh sangatlah 'mengejutkan'. 

“Penemuan kami merupakan perkembangan besar dalam ilmu pengetahuan eksoplanet, khususnya demonstrasi bahwa kita dapat mendeteksi molekul berbasis karbon di exoplanet bermassa rendah di zona layak huni,” kata profesor Cambridge University, Inggris tersebut kepada MailOnline, dikutip Kamis (14/9/2023).

Menurut dia, kesimpulan lebih lanjut mengenai kemungkinan adanya lautan di planet ini merupakan kemajuan besar lainnya. Temuan awalnya sangat menarik dan nyata bisa membuat penemuan mendasar.

Profesor Madhusudhan menambahkan secara tradisional, pencarian kehidupan di exoplanet terfokus terutama pada planet berbatu yang lebih kecil, tetapi dunia Hycean yang lebih besar secara signifikan lebih kondusif untuk pengamatan atmosfer.

Adapun pengamatan Webb yang akan datang seharusnya dapat memastikan apakah DMS memang ada di atmosfer K2-18 b pada tingkat yang signifikan. Observatorium milik NASA senilai 10 miliar dolar AS mampu menganalisis komposisi kimiawi sebuah planet jauh dengan menangkap cahaya dari bintang induknya setelah melewati atmosfer planet tersebut menuju Bumi. Gas-gas di atmosfer menyerap sebagian cahaya bintang, namun masing-masing meninggalkan ciri khas dalam spektrum cahaya yang kemudian dapat diungkap oleh para astronom. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement