Selasa 26 Sep 2023 11:52 WIB

AS Berencana Bangun Fasilitas Fusi Nuklir Komersial

Fusi nuklir diharapkan dapat menggantikan bahan bakar fosil.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Fusi Nuklir (ilustrasi)
Foto: VOA
Fusi Nuklir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Pemerintahan Amerika Serikat (AS) berharap dapat membangun fasilitas fusi nuklir komersial dalam waktu 10 tahun. Menteri Energi AS, Jennifer Granholm, mengatakan pada Senin (25/9/2023), pembangunan itu sebagai bagian dari transisi AS menuju energi ramah lingkungan.

Granholm menyebut fusi nuklir sebagai teknologi pionir. Dia mengatakan, Presiden AS Joe Biden ingin memanfaatkan fusi sebagai sumber energi bebas karbon yang dapat menggerakkan rumah dan bisnis.

Baca Juga

“Tidak menutup kemungkinan bahwa AS dapat mencapai visi Biden dalam dekade fusi komersial," kata Granholm.

Fusi bekerja dengan menekan atom hidrogen satu sama lain dengan kekuatan sedemikian rupa. Proses ini membuat atom-atom tersebut bergabung menjadi helium, melepaskan sejumlah besar energi dan panas.

Berbeda dengan reaksi nuklir lainnya, reaksi ini tidak menghasilkan limbah radioaktif. Para pendukung fusi nuklir berharap suatu hari nanti dapat menggantikan bahan bakar fosil dan sumber energi tradisional lainnya.

Tapi untuk menghasilkan energi bebas karbon yang menggerakkan rumah dan bisnis dari fusi masih memerlukan waktu beberapa dekade lagi. Fusi nuklir yang sukses pertama kali dicapai oleh para peneliti di Laboratorium Nasional Lawrence Livermore di California pada Desember lalu dalam sebuah terobosan besar setelah bekerja selama beberapa dekade.

Granholm juga memuji peran pengawas nuklir PBB yang berbasis di Wina dalam memverifikasi bahwa negara-negara memenuhi komitmen internasional. Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah memastikan negara-negara yang mengembangkan nuklir tidak menggunakan program tersebut untuk tujuan terlarang, termasuk untuk membuat senjata nuklir.

“IAEA berperan penting dalam memastikan bahwa nuklir dimanfaatkan untuk kebaikan dan tidak jatuh ke tangan pihak yang jahat,” kata Granholm.

Organisasi pengawas ini memiliki perjanjian dengan lebih dari 170 negara untuk memeriksa program nuklir. Tujuan pengawasan ini adalah untuk memverifikasi aktivitas nuklir dan bahan nuklir serta untuk memastikan bahwa bahan tersebut digunakan untuk tujuan damai, termasuk untuk menghasilkan energi.

Energi nuklir merupakan komponen penting dari tujuan pemerintahan Biden untuk mencapai sektor listrik bebas polusi karbon pada 2035 dan ekonomi nol emisi pada 2050. Ketika ditanya tentang sulitnya menemukan lokasi penyimpanan limbah radioaktif, Granholm mengatakan, bahwa AS telah memulai proses untuk mengidentifikasi komunitas di seluruh negeri yang mungkin bersedia menjadi lokasi penyimpanan sementara. Saat ini, sebagian besar bahan bakar bekas disimpan di reaktor nuklir di seluruh negeri.

“Kami telah mengidentifikasi 12 organisasi yang akan berdiskusi dengan komunitas di seluruh negeri mengenai apakah mereka tertarik (menjadi tuan rumah untuk situs sementara),” kata Granholm.

AS saat ini tidak mendaur ulang bahan bakar nuklir bekas, tetapi negara-negara lain, termasuk Perancis, sudah berpengalaman dalam hal ini. Bahan bakar nuklir bekas dapat didaur ulang sedemikian rupa sehingga tercipta bahan bakar baru.

Tapi para pengkritik proses tersebut mengatakan, hal ini tidak efektif dari segi biaya dan dapat menyebabkan proliferasi senjata atom. Ada dua kekhawatiran proliferasi yang terkait dengan daur ulang.

Menurut Asosiasi Pengendalian Senjata, poses daur ulang meningkatkan risiko plutonium dapat dicuri oleh teroris. Kemudian negara-negara yang memiliki plutonium terpisah dapat memproduksi sendiri senjata nuklir.

“Hal ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati dengan menerapkan semua upaya perlindungan non-proliferasi,” kata Granholm.

Direktur Pusat Sains dan Fusi Plasma di Massachusetts Institute of Technology Profesor Dennis Whyte mengatakan, AS telah mengambil pendekatan cerdas dalam fusi. AS memajukan penelitian dan desain oleh sejumlah perusahaan yang berupaya mewujudkan demonstrasi skala percontohan dalam satu dekade.

“Hal ini tidak menjamin perusahaan tertentu akan mencapai tujuan tersebut, tetapi kami memiliki banyak peluang untuk mencapai tujuan tersebut,” kata Whyte mengacu pada program pengembangan fusi berbasis pencapaian yang dilakukan oleh Departemen Energi.

“Ini adalah cara yang tepat untuk melakukannya, untuk mendukung apa yang kita semua ingin lihat: fusi komersial untuk memberdayakan masyarakat kita” tanpa emisi gas rumah kaca," ujarnya.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement