REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Militer Israel pada Senin kemarin mengklaim bahwa pasukannya telah membebaskan satu tentara wanita Israel yang ditahan oleh kelompok Palestina, Hamas, di Gaza. Tentara Israel dan dinas keamanan umum (Shin Bet) mengidentifikasi tentara tersebut sebagai Ori Megidish.
Militer Israel mengklaim telah menyelamatkannya dalam operasi militer awal pekan ini, sebagaimana laporan Middle East Monitor, yang dikutip pada Selasa (31/10/2023). Namun pernyataan Israel tidak memberikan rincian tentang bagaimana atau kapan dia diselamatkan.
Hamas membantah klaim Israel. Kelompok ini mengatakan bahwa hal itu bertujuan untuk mengalihkan perhatian dari beredarnya video tiga tawanan perempuan Israel pada Senin pagi, yang meminta Netanyahu untuk memperhatikan tuntutan Hamas sebagai imbalan atas pembebasan mereka.
Brigade Al-Qassam mengatakan dalam pernyataan sebelumnya bahwa mereka menahan sekitar 200-250 orang, termasuk tentara Israel dan warga sipil. Tentara Israel, sejauh ini, mengatakan ada sekitar 240 sandera di Gaza.
Sejak akhir pekan lalu, tentara Israel telah memperluas serangan udara dan daratnya ke Jalur Gaza, yang terus mengalami serangan udara tanpa henti sejak serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober 2023. Lebih dari 9.800 orang tewas dalam konflik tersebut, termasuk 8.306 warga Palestina dan lebih dari 1.538 warga Israel.
Izzat Al-Rishq, anggota biro politik Hamas menyampaikan, klaim bahwa teroris pendudukan Zionis telah membebaskan seorang tentara wanita, merupakan pengalihan perhatian dari video tahanan wanita yang disiarkan Al-Qassam hari ini, yang menimbulkan guncangan besar bagi komunitas Zionis.
"Klaim tersebut merupakan upaya untuk melepaskan diri dari tekanan yang ditimbulkan oleh isu tahanan pendudukan terhadap Netanyahu dan pemerintahannya. Tidak ada seorang pun yang mempercayai narasi palsu Zionis, bahkan komunitas Zionis sendiri pun tidak mempercayai para pemimpinnya," tuturnya.
Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, juga menegaskan bahwa penjajah Israel tidak akan mendapatkan tahanannya kecuali melalui kesepakatan pertukaran yang mencakup semua tahanan Hamas. "Israel mengklaim berupaya untuk membebaskan tahanannya, namun mereka membahayakan nyawa mereka dengan tindakan serangannya yang tidak pandang bulu," tuturnya.