Ahad 26 Nov 2023 17:27 WIB

Setelah Ditunda, Ini yang Buat Brigade Al-Qassam Akhirnya Mau Bebaskan Sandera Tahap 2

Hamas merespons positif mediator Mesir dan Qatar untuk pastikan kelanjutan perjanjian

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Kerumunan warga menyambut bus yang membawa warga Palestina yang dibebaskan oleh Israel, setelah meninggalkan penjara militer Isareli Ofer, di kota Beitonia dekat Ramallah, Tepi Barat, Jumat (24/11/2023). Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pembebasan sandera sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari. Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Kerumunan warga menyambut bus yang membawa warga Palestina yang dibebaskan oleh Israel, setelah meninggalkan penjara militer Isareli Ofer, di kota Beitonia dekat Ramallah, Tepi Barat, Jumat (24/11/2023). Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pembebasan sandera sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari. Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam telah menyerahkan 13 sandera Israel dan empat warga negara asing ke Palang Merah Internasional pada Sabtu (25/11/2023) malam. Ini adalah pembebasan sandera gelombang kedua berdasarkan kesepakatan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas.

Hamas sebelumnya mengkonfirmasi bahwa pembebasan sandera Israel gelombang kedua yang ditangkap dalam serangan 7 Oktober akan dilanjutkan setelah tertunda. Sebelumnya Hamas sempat menunda pertukaran tahanan gelombang kedua karena Israel dinilai tidak mematuhi kesepakatan.

Baca Juga

Namun Hamas telah merespons secara positif mediator Mesir dan Qatar untuk memastikan kelanjutan perjanjian gencatan senjata. Hal ini dicapai setelah mereka menyampaikan janji Israel untuk menjunjung semua persyaratan perjanjian.

“Setelah penundaan, hambatan untuk pembebasan tahanan diatasi melalui kontak Qatar-Mesir dengan kedua belah pihak, dan 39 warga sipil Palestina akan dibebaskan malam ini, sementara 13 sandera Israel akan meninggalkan Gaza selain 7 orang asing,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al Ansari  di platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

Hamas pada Sabtu mengumumkan penghargaannya atas upaya yang dipimpin Qatar dan Mesir dalam memastikan kelanjutan perjanjian gencatan senjata. Hamas dan Israel sepakat untuk melangsungkan gencatan senjata selama empat hari mulai Jumat (24/11/2023).

Hamas mengatakan, Mesir dan Qatar telah mengonfirmasi komitmen Israel terhadap semua syarat dan ketentuan perjanjian. Brigade Al-Qassam sebelumnya mengatakan, mereka menunda penyerahan kelompok sandera gelombang kedua sampai Israel mematuhi ketentuan perjanjian

"Masuknya bantuan kemanusiaan ke bagian utara Jalur Gaza dan kriteria seleksi untuk pembebasan tahanan adalah masalah yang dipertanyakan," kata Brigade Ezzedine al-Qassam dalam sebuah pernyataan.

Osama Hamdan, perwakilan Hamas di Lebanon, mengatakan kepada saluran televisi Al Mayadeen yang berbasis di Lebanon, penangguhan tersebut disebabkan oleh pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan oleh Israel terkait dengan bantuan yang memasuki Gaza), selain penembakan dan meningkatnya jumlah korban tewas. "Beberapa (pelanggaran ini) terjadi kemarin, dan terulang hari ini,” kata Hamdan.

Pihak berwenang Israel sebelumnya mengatakan, 14 sandera yang ditahan di Jalur Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober akan dibebaskan pada Sabtu, bersamaan dengan pembebasan 42 tahanan Palestina. Otoritas penjara Israel mengatakan, 42 tahanan itu akan dibebaskan berdasarkan ketentuan perjanjian, yang mengamanatkan pertukaran dengan rasio tiga banding satu. 

Sejak 7 Oktober, ketika Hamas menyandera sekitar 240 warga Israel dan warga negara asing dalam serangan mengejutkan di Israel selatan, warga Palestina bertanya-tanya tentang nasib para tahanan mereka sendiri. Israel memiliki sejarah dalam menyetujui pertukaran yang tidak seimbang.  Pada 2011, Hamas meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk membebaskan lebih dari 1.000 tahanan Palestina dengan imbalan satu tentara Israel yang ditawan, Gilad Schalit.

Pembebasan tahanan sangat menyentuh hati masyarakat Palestina.  Hampir setiap warga Palestina mempunyai kerabat yang dipenjara atau pernah dipenjarakan.  Kelompok hak asasi manusia memperkirakan bahwa lebih dari 750.000 warga Palestina telah ditahan penjara-penjara Israel sejak Israel merebut Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem Timur pada 1967.

Palestina anggap tahanan tersebut sebagai tawanan perang....

 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement